REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia mempersilakan PBB untuk menyelidiki serangan senjata kimia yang terjadi di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Suriah, pekan lalu. Moskow bersikeras pemerintah Suriah tidak berada di balik serangan yang menewaskan puluhan orang itu.
Di hadapan wartawan, Selasa (11/4), Putin menantang PBB di Den Haag untuk mengadakan penyelidikan resmi terkait insiden itu. Putin juga mengatakan, intelijen Rusia telah menerima informasi tentang rencana provokasi menggunakan senjata kimia yang akan menyalahkan pemerintah Suriah.
Rusia telah memberikan pembelaan kepada pemerintah Bashar al-Assad yang dituduh meluncurkan serangan senjata kimia di provinsi Idlib. Belum diketahui apakah penjelasan itu akan kembali dikemukakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang akan bertemu Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, pada Rabu (12/4), mendatang.
The Guardian melaporkan, Tillerson berencana untuk meminta Putin agar menghentikan dukungan terhadap Assad dan mencairkan hubungan dengan Barat. Namun sebelumnya Rusia justru telah mengecam serangan rudal jelajah AS ke sebuah pangkalan udara Suriah dan menyebutnya sebagai serangan ilegal.
Seorang juru bicara Kremlin mengatakan, Putin diharapkan dapat bertemu dengan Tillerson pada Rabu (12/4). Keduanya diketahui memiliki hubungan baik ketika Tillerson menjabat sebagai kepala perusahaan minyak ExxonMobil.