REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Juru Bicara Gedung Putih, Sean Spicer, memicu reaksi keras setelah membandingkan mantan pemimpin Jerman Adolf Hitler dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ia sebelumnya mengatakan, tindakan Assad lebih buruk dari Hitler dan Hitler tidak menggunakan senjata kimia.
“Kami tidak menggunakan senjata kimia dalam Perang Dunia II. Kau tahu, dunia memiliki seseorang yang tercela seperti Hitler yang bahkan tidak menggunakan senjata kimia. Jadi, jika Anda adalah Rusia, tanyakan pada diri Anda diri sendiri: apakah Anda ingin menyesuaikan diri negara dan rezim ini?" kata Spicer, dikutip The New York Times.
Pernyataan Spicer dianggap tidak peka terhadap tragedi Holocaust yang menggunakan gas beracun di kamp konsentrasi untuk membunuh kaum Yahudi. Spicer kemudian meminta maaf atas pernyataannya.
Spicer kemudian mengakui bahwa Hitler telah menggunakan bahan kimia, tetapi ia mempertahankan argumennya bahwa ada perbedaan antara Hitler dan Assad. “Saya pikir ketika Anda memiliki gas sarin, Anda tidak akan menggunakannya pada rakyat Anda sendiri, dengan cara yang sama seperti yang Assad lakukan,” ungkap dia.
Pernyataan Spicer segera menimbulkan kemarahan di media sosial dan mendapatkan koreksi sejarawan Holocaust. Menurut United States Holocaust Memorial Museum, sekitar 180 ribu orang Yahudi dibunuh oleh Nazi Jerman.
“Secara historis, itu salah. Spicer tidak harus membuat perbandingan," kata sejarawan Holocaust terkemuka dan seorang profesor di Emory University di Atlanta, Deborah Lipstadt.
Baca juga, AS Serang Suriah, 59 Misil Ditembakkan.
Pada Selasa (11/4) malam, Spicer kembali menyatakan permintaan maaf dan mengakui telah menyesal atas apa yang telah dikatakannya. “Saya mencoba untuk menarik perbandingan yang seharusnya tidak dilakukan,” katanya kepada CNN.
Selama konferensi pers harian di depan wartawan Gedung Putih, Selasa (11/4), Spicer membela keputusan Presiden AS Donald Trump untuk melancarkan serangan rudal jelajah ke sebuah pangkalan udara Suriah.
Serangan itu dilakukan setelah Amerika Serikat menuduh Assad menggunakan gas sarin, senjata kimia mematikan, dalam serangan di Provinsi Idlib pekan lalu. Serangan tersebut menewaskan puluhan orang.