REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia memblokir upaya Barat di Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk serangan gas mematikan pekan lalu di Suriah. Dewan Keamanan PBB mendorong Suriah bekerja sama dengan penyelidik internasional atas insiden tersebut.
Ini adalah kedelapan kalinya selama perang sipil enam tahun Suriah, Rusia menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi pemerintah Assad, Rabu (12/4).
Dalam veto terbaru, Rusia memblokir rancangan resolusi yang didukung oleh Amerika Serikat, Prancis dan Inggris. Resolusi itu mengecam serangan di kota Khan Sheikhoun dan meminta pemerintah Assad untuk menyediakan akses bagi penyelidik dan informasi seperti rencana penerbangan.
Serangan gas beracun yang dilakukan Pemerintah Suriah pada 4 April berakibat pada serangan rudal Amerika Serikat ke pangkalan udara Suriah. Ini membuat hubungan Amerika Serikat dan Rusia semakin retak.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepercayaan Rusia kepada AS telah terkikis di bawah Presiden AS Donald Trump.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson usai bertemu dengan para pemimpin Rusia di Moskow mengatakan, hubungan antara AS dan Rusia berada pada titik rendah dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Tillerson terus menyerukan Assad untuk melepaskan kekuasaan.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley meminta Rusia berhenti melindungi Assad. Amerika Serikat ingin bekerja dengan Rusia menuju solusi politik untuk Suriah.