Kamis 13 Apr 2017 18:11 WIB

Politikus Australia Ragukan Keterlibatan Assad dalam Serangan Gas Sarin

Anggota DPR Australia dari jalur independen Andrew Wilkie menyatakan tidak percaya dengan tuduhan Pemerintahan Trump mengenai keterlibatan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam serangan gas sarin.
Foto: ABC
Anggota DPR Australia dari jalur independen Andrew Wilkie menyatakan tidak percaya dengan tuduhan Pemerintahan Trump mengenai keterlibatan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam serangan gas sarin.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Anggota DPR (House of Representatives) Australia Andrew Wilkie meragukan apakah rezim Presiden Bashar al Assad bertanggung jawab atas serangan senjata kimia terhadap warga sipil pekan lalu, yang mendorong serangan rudal AS terhadap Suriah.

Andrew Wilkie yang merupakan mantan analis intelijen senior mengatakan tidak ada keraguan serangan itu terjadi, namuan menyatakan Australia tidak seharusnya begitu saja menerima jaminan dari pihak berwenang AS. Komentar anggota DPR dari jalur independen ini disampaikan setelah Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan tidak ada keraguan rezim Assad bertanggung jawab merencanakan dan mendalangi serangan mematikan tersebut.

"Terus terang, saya tidak percaya Pemerintahan Trump," kata Wilkie dalam wawancara dengan Sky News.

"Masuk akal bagi mereka menabuh genderang perang lagi ketika mereka berada di bawah begitu banyak tekanan di dalam negeri," tambahnya.

Pemerintah Federal Australia dan Partai Buruh yang beroposisi menyatakan mendukung serangan militer AS, menggambarkannya sebagai respon yang diperlukan, proporsional dan kaliber. Namun Wilkie, yang mengundurkan diri dari badan intelijen Office of National Assessments pada 2003 sebagai protes atas peran Australia dalam Perang Irak, mengatakan pemerintah harus belajar dari masa lalu.

"Saya pikir kita harus sangat berhati-hati di Australia dan jangan terlalu cepat secara otomatis mendukung apa yang dikatakan AS," ujarnya.

"Kita telah terjebak di Timur Tengah sejak 2003, sekali lagi karena tuduhan senjata kimia dan biologi serta senjata nuklir," tambahnya.

Wilkie mengatakan ia ingin menegaskan Assad bisa saja berada di balik serangan tersebut, namun menambahkan tampaknya tidak mungkin karena berbagai alasan. "Kalau mau jujur, jika Anda ingin membunuh seratus orang maka jauh lebih gampang dengan menjatuhkan beberapa bom berdaya ledak tinggi dari pesawat ke sebuah kampung," katanya.

"Tampaknya merupakan pilihan senjata yang sangat tidak mungkin ketika Anda tahu hal itu akan mendatangkan respon militer yang kuat dari Amerika Serikat," kata Wilkie.

"Tampaknya merupakan pilihan senjata yang sangat tidak mungkin ketika Anda tahu itu akan menyulitkan hubungan dengan sekutu Anda, Rusia," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan tidak ada keraguan rezim Suriah bertanggung jawab atas serangan gas tersebut. Jenderal Mattis mengatakan bahwa jika Suriah menggunakan senjata kimia lagi negara itu akan "membayar harga yang sangat, sangat mahal."

Aya Fadl, lies on a bed, with an oxygen mask to heal breathing difficulties following a suspected chemical attack.
Sekitar 70 orang meninggal dunia akibat serangan yang diduga merupakan gas sarin di Suriah.

AP: Aya Fadl

Diterbitkan Rabu 12 April 2017 Pukul 15:00 AEST oleh Farid M. Ibrahim dari berita berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/politisi-australia-tak-percaya-tuduhan-trump-soal-serangan-gas/8439424
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement