REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Militer Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom non-nuklir terkuat ke basis ISIS di Afghanistan, Kamis (14/4) waktu setempat. Menurut militer AS, senjata jenis ini pertama kali digunakan selama perang.
Bom bernama lengkap GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast Bomb (MOAB) atau yang dijuluki dengan 'ibu dari semua bom' itu dijatuhkan pada pukul 19.32 waktu setempat. MOAB sepanjang 30 kaki itu memiliki berat 21.600 pound dan dikendalikan menggunakan GPS.
Presiden AS Donald Trump menyebutnya sebagai pekerjaan sukses lain. Bom itu diangkut oleh pesawat udara MC-130 yang diparkir di Afghanistan dan dioperasikan oleh Komando Operasi Khusus Serangan Udara. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara Pentagon Adam Stump kepada CNN.
Menurutnya, serangan itu ditujukan ke gua dan terowongan kompleks milik ISIS yang ada di kabupaten Achin, Provinsi Nangarhar, sebelah timur negara yang berbatasan dengan Pakistan. "Militer AS sangat serius untuk memerangi ISIS. Untuk memeranginya maka perlu melumpuhkan basis operasinya, seperti yang kami lakukan," kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer, Kamis (14/4). "Penyerangan itu menargetkan sistem terowongan dan gua tempat ISIS beroperasi."
Sedangkan menurut Duta Besar Afghanistan untuk AS Hamdullah Mohib, serangan bom itu diterjunkan setelah pertempuran kedua kubu memanas sejak pekan lalu. Menurutnya, bom itu dijatuhkan karena basis ISIS itu penuh ranjau peledak. Sehingga ranjaunya harus dibersihkan.
Trump mengaku tidak menandatangani serangan bom tersebut. Namun dia menjelaskan ia telah memberikan otorisasi penuh kepada Pentagon untuk bertindak.
Mesiu ini dikembangkan selama perang Irak. Bom ini merupakan jenis peledak hulu ledak udara yang meledak sebelum mencapai tanah, untuk memproyeksikan ledakan besar-besaran.