Senin 17 Apr 2017 12:28 WIB

Tak Ada Bahan Bakar, tak Ada Listrik di Gaza

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
Seorang anak membawa lentera dalam krisis listrik di Gaza.
Foto: Infopalestina,com
Seorang anak membawa lentera dalam krisis listrik di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza mati karena kekurangan bahan bakar, Ahad (16/4). Perusahaan listrik lokal menyalahkan sengketa antara Hamas dan Otoritas Palestina sebagai penyebab hal ini.

Penduduk Gaza tidak bisa menyalakan lampu mulai Ahad (16/8). Awalnya, pemadaman listrik dilakukan untuk mengatasi kekurangan bahan bakar. Biasanya pemadaman berlangsung selama delapan jam.

Otoritas energi lokal mengatakan, tak punya pilihan lain. Karena, bahan bakar habis dan tidak ada dana yang masuk. Tagihan dan pajak masih tersendat karena adanya sengketa antara otoritas pemerintah Palestina dan Hamas.

Dua faksi ini terlibat sengketa terkait pajak impor bahan bakar di perbatasan. Selama ini, perbatasan diblokir oleh Israel dan Mesir. Hal tersebut memperparah kekurangan energi di wilayah.

Kepala penyedia energi Samir Metir mengatakan, bahan bakar yang dibeli pada Januari sudah habis. Pembelian ini pun adalah hasil bantuan dana dari Qatar dan Turki. Dua negara ini mulai membantu sejak mengetahui permasalahan energi di wilayah.

Seharusnya, kekuasaan di Gaza telah dialihkan ke otoritas pemerintah Palestina dari Hamas. Namun, Metir tidak mengetahui kapan mereka akan menerima lebih banyak kekuasaan di sana.

Gaza dihuni oleh sekitar dua juta orang. Mereka hanya mengandalkan pasokan listrik dari Israel dan Mesir. Menurut kelompok-kelompok internasional, 80 persen populasi Gaza hidup dalam bantuan kemanusiaan.

Lebih dari dua pertiga keluarga tidak bisa membayar tagihan listrik karena tidak mampu. Maan News mengutip juru bicara otoritas pemerintah Palestina yang menuduh Hamas tetap mengumpulkan biaya dari penduduk untuk listrik.

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement