REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Wakil Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim In-ryong, menuduh Amerika Serikat (AS) telah mengubah Semenanjung Korea menjadi titik rawan. Menurutnya, kehadiran pasukan AS di wilayah itu dapat meningkatkan situasi karena perang termonuklir bisa terjadi setiap saat.
Ia mengatakan, latihan militer antara AS dan Korea Selatan kali ini merupakan paling agresif yang pernah ada. Kim mengungkapkan, negaranya siap bereaksi terhadap modus perang apapun yang diinginkan AS.
Peringatan Kim dikemukakan setelah Wakil Presiden AS, Mike Pence, meyakinkan Jepang bahwa Washington akan bekerja sama dengan sekutu-sekutunya di kawasan itu. Menurut Pence, AS akan membawa resolusi damai terhadap krisis di Semenanjung Korea.
“Kami menghargai tantangan yang dihadapi orang-orang Jepang, yang hidup di tengah meningkatkan provokasi dari seluruh Laut Jepang. Kami ada bersama Anda 100 persen," kata Pence saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, di Tokyo, Selasa (18/4).
Pence dan Abe juga meminta Cina untuk memainkan peran lebih besar dalam mengekang ambisi nuklir Korea Utara. “Presiden Trump bertekad untuk bekerja sama dengan Jepang, Korea Selatan, dan dengan semua sekutu kami di kawasan ini, juga Cina," ungkap Pence seperti dikutip the Guardian.
Korea Selatan dan Jepang sangat rentan terhadap serangan rudal Korea Utara. Ini karena kedua negara itu berada dalam jangkauan senjata Korut.
Baca juga, Utusan Cina Berkunjung ke Korsel untuk Bahas Nuklir Korut.
Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, mengatakan Jepang siap mengirim pasukan untuk mengevakuasi warga Jepang dari Korea Selatan jika situasi di semenanjung itu semakin berbahaya.
Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, Han Song-ryol, mengatakan kepada BBC, Pyongyang akan terus melakukan uji coba rudal mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan. Perang habis-habisan juga akan terjadi jika AS mengambil tindakan militer.