REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Dalam daftar cekal yang dibuat pihak berwenang di Turki, tercatat sekitar 420 orang yang diduga jihadis asal Australia yang bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah dan Irak. Kepada ABC, seorang pejabat senior Turki menjelaskan negara tersebut ingin mengekstradisi militan Neil Prakash kembali ke Australia untuk diadili.
Daftar cekal tersebut digunakan untuk mencegah masuknya orang asing ke Turki, dan merupakan hasil dari intelijen Turki, Australia dan lebih dari 100 negara lainnya. Daftar tersebut mengungkapkan kekhawatiran badan intelijen internasional mengenai besarnya jumlah terduga militan Australia dibandingkan yang diketahui sebelumnya.
Perubahan daftar ini merupakan peluang bagi upaya internasional menghentikan arus militan ke Suriah dan menggambarkan bagaimana upaya tersebut tadinya ketinggalan dibandingkan membanjirnya pejuang asing ke sana. Jumlah orang Australia dalam daftar tersebut meningkat dari hanya 90 orang pada 2014, lalu bertambah 180 pada 2015 dan lebih dari 150 tahun lalu. Demikian dikatakan pejabat senior Turki yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Menurut dia, sebagai tindak lanjut daftar tersebut, Turki telah mendeportasi 21 terduga pejuang asing Australia selama dua tahun terakhir. Sekitar setengah dari mereka dikembalikan ke Australia, namun sisanya dikirim ke negara lain, memicu kekhawatiran tentang penyebaran para terduga militan Australia.
Sebagian besar di antaranya dideportasi pada 2015 sejalan meningkatnya upaya Pemerintah Australia mencegah kepergian calon-calon militan, termasuk membatalkan paspor mereka.
Daftar cekal yang dikeluarkan Turki merupakan bagian dari upaya kontra-terorisme internasional yang dimulai pada 2010, menjadi semakin penting setelah pemberontakan Suriah berubah menjadi perang sipil pada 2011 dan 2012, dan mendapatkan momentum setelah kelompok ISIS merebut wilayah Suriah dan Irak pada 2013 dan 2014.
Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan tidak mau berkomentar mengenai rincian daftar tersebut namun kepada ABC mengatakan Turki merupakan kawan dan sekutu. "Kami memiliki kerja sama intelijen yang sangat baik, kami akan bekerja sama dengan mereka untuk meningkatkan keamanan mereka," katanya.
"Kalau kami memiliki informasi yang mungkin berguna bagi mereka maka kami pasti akan membaginya dan tentunya kami pun mengharapkan hal yang sama," tambahnya.
Kerja sama itu terbukti semakin penting karena runtuhnya apa yang disebut kekhalifahan ISIS akibat serangan pasukan Irak, milisi dan pemboman yang didukung Barat serta anggota ISIS mencoba meninggalkan zona konflik.
Orang Australia yang paling terkenal di Turki adalah perekrut ISIS bernama Neil Prakash. Namun seorang pejabat senior Turki mengatakan kepada ABC dua warga Australia lainnya, yang ditahan pada 2016, juga masih dalam tahanan. Salah satunya menolak kontak dengan pihak berwenang Australia. Rincian lebih lanjut atas hal inin tidak bisa dikonfirmasi.