REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan konflik besar dengan Korea Utara mungkin akan terjadi akibat kebuntuan solusi mengenai program nuklir dan rudalnya. Namun, dia mengaku lebih memilih perundingan diplomatik dalam mengatasi perselisihan tersebut.
"Ada kemungkinan kita bisa menghadapi konflik besar dengan Korea Utara. Tentu," kata Trump dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Reuters di Oval Office menjelang 100 hari masa jabatannya, Kamis (27/4).
Trump menuturkan dia ingin menyelesaikan krisis ini secara damai. Dia dan pemerintahannya telah menyiapkan berbagai sanksi ekonomi baru dan mencoba tidak mengambil opsi serangan militer.
"Kami ingin memecahkan masalah secara diplomatis tapi sangat sulit," ungkap Trump.
Trump juga memberikan pujian kepada Presiden Cina Xi Jinping atas bantuan Cina dalam upaya mengendalikan Korea Utara. Kedua pemimpin tersebut bertemu di Florida pada awal bulan ini.
"Saya percaya dia (Xi) telah berusaha keras, dia pasti tidak ingin melihat kekacauan dan kematian. Dia tidak ingin melihatnya, dia orang yang baik. Dia orang yang sangat baik dan saya mengenalnya dengan baik," ujar Trump.
Pernyataan Trump itu diungkapkan sehari setelah dia dan Penasihat Keamanan Nasional memberi penjelasan kepada anggota parlemen AS mengenai ancaman potensial dari Korea Utara. Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson juga mendorong Dewan Keamanan PBB memberikan sanksi lebih lanjut kepada Pyongyang atas program nuklir dan rudalnya.
Pejabat AS mengatakan, serangan militer tetap menjadi pilihan, setelah pemerintah AS mengirim sebuah kapal induk dan sebuah kapal selam bertenaga nuklir ke perairan Korea. Namun, prospeknya kecil.
Setiap tindakan militer AS akan menanggung risiko pembalasan besar-besaran dari Korea Utara. Korban jiwa yang besar akan ditanggung oleh Jepang dan Korea Selatan dan pasukan AS yang berada di kedua negara itu.
Trump beranggapan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah bersikap cukup rasional. Namun hal itu karena Kim mengambil alih negaranya di usia yang sangat dini.
"Dia berumur 27 tahun saat ayahnya meninggal, lalu mengambil alih sebuah rezim. Jadi itu tidak mudah, terutama pada usia itu. Saya tidak memberinya hujatan atau pujian, saya hanya mengatakan itu hal yang sangat sulit dilakukan. Mengenai apakah dia rasional atau tidak, saya tidak memiliki pendapat mengenai hal itu, saya harap dia rasional," ungkap Trump.