REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Para menteri luar negeri anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan mengunjungi Washington pada awal Mei dengan membawa beberapa agenda, salah satunya mengklarifikasi tren proteksionisme pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Ini adalah kesempatan bagi para menteri luar negeri ASEAN mendengar langsung keterangan menteri luar negeri Amerika Serikat secara bersama-sama," kata Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Jose Tavares kepada sejumlah wartawan di Manila, Rabu malam (26/4).
Jose mengungkapkan keterangan tersebut setelah menghadiri pertemuan para pejabat senior ASEAN, yang kemudian akan diteruskan di tingkat kepala negara, di Manila. Washington memang tengah melakukan perubahan besar terkait kebijakan ekonomi mereka di tingkat global.
Pada era sebelum Presiden Donald Trump, Gedung Putih selalu menjadi aktor utama penyeru liberalisme ekonomi global dengan menginisiasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atau pakta-pakta perdagangan bebas di kawasan seperti Amerika Utara (AFTA) dan Asia Pasifik (TPP).
Namun sejak Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden tahun lalu, kecenderungan itu berbalik arah. Washington kini menarik diri dari TPP dan akan meninjau ulang AFTA. Selain itu Trump juga berjanji akan menarik kembali perusahaan-perusahaan yang mengalihkeluarkan (offshoring) pabrik ke dunia ketiga untuk beroperasi kembali di Amerika Serikat.
Dan yang terbaru adalah keluarnya keputusan presiden (executive order) untuk menyelidiki potensi kecurangan praktik perdagangan 16 negara, empat di antaranya adalah negara ASEAN. "Meskipun bukan satu-satunya topik, tentu saja isu ini akan menjadi salah satu bahasan," kata Jose.
Jose menjelaskan Amerika Serikat adalah aktor yang tidak bisa begitu saja diabaikan karena merupakan negara kuat dengan pengaruh besar. Namun begitu pula dengan ASEAN yang berkontribusi terhadap 10 persen perekonomian dunia.
Tetapi pendapat berbeda disampaikan oleh Kepala Dewan Penasihat Bisnis ASEAN, Joey Concepcion, pada hari yang sama secara terpisah. Menurut Joey, kecenderungan Trump menerapkan kebijakan proteksionisme bertujuan menarik kembali pabrik-pabrik Amerika Serikat untuk beroperasi di dalam negeri sehingga menciptakan lapangan pekerjaan baru.
"Namun apakah harapan itu realistis? Saya kira tidak," kata Concepcion.
Concepcion menjelaskan struktur ekonomi di Amerika Serikat sudah tidak bisa lagi bersaing dengan negara-negara ASEAN karena standar gaji di negara itu sudah sangat tinggi. Biaya pekerja yang tinggi tersebut akan membuat produk mereka berharga tinggi sehingga tidak akan dipilih oleh konsumen.
"Pada era globalisasi ini, konsumenlah yang menentukan segalanya. Kebijakan Trump saat ini tidak bersahabat dengan konsumen," kata Concepcion.