Jumat 28 Apr 2017 21:51 WIB

Kunjungan Paus ke Mesir Tunjukkan Solidaritas Minoritas Kristen di Timur Tengah

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Paus Francis berpelukan dengan Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo Syeikh Ahmed al-Tayeb, Senin, 23 Mei 2016.
Foto: Osservatore Romano / Reuters
Paus Francis berpelukan dengan Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo Syeikh Ahmed al-Tayeb, Senin, 23 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Pastor Katolik yang telah 20 tahun bekerja di Mesir, Douglas May mengungkapkan, kunjungan Paus Francis ke Mesir sebagai ungkapan solidaritas kepada minoritas Kristen di Timur Tengah yang terancam oleh ISIS. Menurutnya, ini juga sekaligus jawaban dari keluhan umat Kristiani di Mesir yang mengeluhkan kurang kuatnya wacana religius untuk memerangi ekstremisme.

"Banyak orang Kristen merasa bahwa suara Al Azhar tidak cukup kuat untuk melawan semua fanatisme ini. Dan bahkan mungkin mengukuhkannya. Tapi dengan mereka melihat Paus Francis berjabat tangan dengan Imam Agung Al Azhar dan pejabat agama lainnya mungkin dalam kunjungan Paus ini dapat memecahkan masalah semangat ekumenis tingkat rendah ini," katanya, menurut Alarabiya, Jumat (28/4).

Ekumenis seperti yang dia katakan, di antara para imam denominasi Kristen yang mengacu pada orang-orang Koptik, Katolik dan Protestan. May juga berpendapat, dengan kedatangan Paus Francis ke Kairo dan memeluk erat Paus Ortodoks Paus Tawodros II, orang-orang Kristen akan berpendapat bahwa semua umat Kristen adalah satu keluarga. Ia meyakini orang awam Kristen di Mesir lebih menyadari semangat solidaritas ini ketimbang pendeta.

Sementara Direktur Asosiasi Komite Urusan Ekumenis dan Antaragama yang berafiliasi dengan Uskup Katolik di AS, Anthony Cirelli, menilai kunjungan Paus tersebut dapat mengubah pandangan dunia terhadap Islam selain yang telah disebarkan di media. Terutama dukungan umat Muslim terhadap umat Kristen saat kelompok minoritas tersebut terancam bahaya seperti serangan bom di gereja Mesir beberapa waktu lalu.

"Mengingat posisi Paus, kontribusi utama yang telah dia buat adalah membedakan kelompok terorisme dengan arus utama Islam. Ini sangat penting, terutama saat seperti pemerintah AS yang tidak segan mengaburkan batas antara kelompok teroris dengan arus utama Islam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement