REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sedikitnya 50 demonstran Palestina terluka saat terlibat bentrokan dengan pasukan Israel dalam aksi unjuk rasa, Jumat (28/4), di Tepi Barat. Mereka melakukan unjuk rasa di "Hari Kemarahan" untuk menunjukkan solidaritas terhadap lebih dari 1.500 narapidana Palestina yang mogok makan di penjara-penjara Israel.
Juru bicara pemerintah Palestina mengatakan, sebagian besar dari mereka teluka akibat terkena gas air mata. Sementara beberapa di antaranya terkena tembakan peluru karet.
Direktur Rumah Sakit Ramallah, Ahmad Bitawi, mengatakan ada lebih dari 20 orang yang terluka. Menurutnya, banyak dari mereka yang mengalami cedera kaki dan menderita luka lainnya yang tidak mengancam nyawa.
"Hari Kemarahan" itu diserukan oleh Fatah, partai politik pendukung Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan komite nasional untuk mendukung para tahanan Palestina. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu, Fatah mengatakan praktik berlebihan di penjara Israel menunjukkan orang-orang Palestina harus menghadapi penjajahan di seluruh wilayahnya.
Pada Jumat (28/4), warga Palestina di Tepi Barat, berkumpul di tenda-tenda solidaritas yang didirikan dan melanjutkan perjalanan ke pos pemeriksaan militer terdekat. Di lereng bukit yang menghadap ke pintu masuk ke penjara Ofer, tempat sejumlah tahanan menahan lapar, puluhan pemuda Palestina melemparkan batu ke kendaraan militer Israel.
Pasukan Israel menanggapi dengan tembakan gas air mata dan peluru karet. "Saya tidak bisa hanya berada di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Lebih baik datang ke sini daripada hanya memberikan komentar di Facebook," kaya Anas Salous (26), yang ikut berunjuk rasa, dikutip Aljazirah.
Bentrokan juga meletus di kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat. Para demonstran melemparkan batu ke pasukan Israel, yang ditanggapi dengan serangan berbagai senjata pengendali massa dan tembakan langsung.
Baca juga, Israel Tutup Sekolah Milik Pemerintah Palestina.
Tahanan Palestina memulai mogok makan pada 17 April lalu, untuk memprotes kondisi penjara Israel. Mereka juga meminta waktu lebih banyak untuk kunjungan keluarga, mendapat perawatan medis yang lebih baik, dan meminta agar penyiksaan diakhiri.
Sekitar 6.500 warga Palestina saat ini berada di penjara Israel. 500 di antaranya ditahan di bawah penahanan administratif, tanpa tuduhan.