REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Sebuah laporan terbaru memperkirakan, Australia Barat (WA) akan menaikkan tiga kali lipat kapasitas atap suryanya pada 2030. Lebih dari 40 persen perpaduan energinya berasal dari sumber terbarukan.
Jaringan Energi Australia (ENA) dan lembaga penelitian CSIRO telah menghabiskan dua tahun untuk menganalisa masa depan sistem kelistrikan negara ini. CEO ENA, John Bradley, mengatakan laporan tersebut memperkirakan 44 persen dari energi WA akan berasal dari sumber yang dapat diperbaharui pada 2030, seperti yang terjadi di Australia Selatan saat ini.
"Australia Barat diarahkan untuk memimpin transformasi energi yang semakin ramah kepada pelanggan dalam dekade mendatang dan seterusnya karena lebih banyak pelanggan terus mengambil sumber energi terdistribusi seperti solar dan baterai," jelasnya.
Data yang dirilis awal tahun ini menemukan rumah tangga dan bisnis WA telah memasang panel surya pada tingkat yang mencetak rekor, dengan pemasangan naik 33 persen tahun lalu, didorong oleh kenaikan harga listrik dan turunnya biaya teknologi.
Kepala ekonom energi CSIRO, Paul Graham, mengatakan bahwa pergeseran cepat menuju energi terbarukan akan memberi pilihan bagi pelanggan, terutama di daerah-daerah terpencil di negara bagian tersebut.
"Atap surya tingkat tinggi dan sumber terdistribusi lainnya akan memungkinkan jaringan untuk memberikan layanan secara efisien namun ini juga akan menciptakan tantangan operasional, dengan potensi 'arus balik' di beberapa bagian sistem daya listrik Australia Barat," kata Graham.
Baterai mainkan peran penting
Laporan tersebut menemukan, sebagian dari solusi terhadap masalah keandalan energi terbarukan adalah mengelola permintaan pada periode puncak. Laporan ini menemukan, peningkatan pesat pada serapan atap surya di WA terjadi bersamaan dengan pemasangan lebih dari 2.000 MWh penyimpanan baterai berskala kecil karena biaya sistem mulai turun.
Graham mengatakan, hal itu bisa termasuk memberi penghargaan kepada warga karena menggunakan baterai mereka selama masa permintaan puncak.
"Jika Anda bisa menghidupkan baterai Anda pada waktu itu, itu bisa menghemat biaya beberapa pembangkit listrik. Itu adalah jenis upaya yang kami butuhkan," ujarnya.
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah Australia Barat dan Australia Selatan telah memungkinkan dua negara bagian ini mencapai tingkat instalasi atap surya yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan populasi mereka. Meskipun pada September lalu, sebuah badai memicu serangkaian bencana yang mengakibatkan Australia Selatan menjadi sebuah pulau listrik, terpisah dari jaringan nasional.
Operator Pasar Energi Australia (AEMO) tidak melihat memperkirakan kejadian ini, meskipun telah memeringatkan adanya pemadaman listrik di seluruh wilayah Australia Selatan dalam situasi yang sama beberapa bulan sebelumnya.
Australia Barat cocok untuk energi surya
Jemma Green adalah salah satu pendiri Power Ledger, perusahaan start-up asal WA yang menggunakan perangkat lunak berbasis database untuk memungkinkan perdagangan energi antar kelompok. Ia mengatakan, laporan tersebut menunjukkan bahwa WA berada posisi yang tepat untuk memimpin penggunaan energi surya.
"Kami memiliki harga listrik yang sangat tinggi di sini, relatif terhadap rata-rata nasional," kata Green.
"Ditambah jumlah sinar matahari yang kami miliki, hampir 300 hari dalam setahun, berarti masa panen dari energi ini lebih cepat bagi konsumen," katanya.
Ia mengatakan, hal yang membantu WA adalah salah satu produsen lithium terbesar di dunia -salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat baterai surya. "Saya pikir ada kesempatan nyata bagi Australia Barat untuk memimpin dan menunjukkan seperti apa sistem energi di masa depan dan menjual teknologi itu ke belahan dunia lain," sebutnya.
Dan ia mengutarakan, sementara gagasan untuk energi terbarukan sering diromantisasi, jaringan listrik tradisional masih diperlukan.
"Jaringan transmisi mungkin kurang dimanfaatkan di saat kami mematikan pembangkit listrik tenaga batu bara dan lebih mengandalkan energi dan penyimpanan distributif," kata Dr Green.
"Tapi jaringan distribusi bisa melihat relevansi yang sedang berlangsung dengan pengaturan kebijakan yang tepat dan kami benar-benar memiliki kesempatan untuk mendapatkan hak itu selama lima tahun ke depan," tambahnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 18:15 WIB 28/04/2017 oleh Nurina Savitri.