REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Kepolisian India mengatakan dua pria Muslim tewas dihajar massa setelah dituduh mencuri sapi dan akan menyembelihnya. Organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW), mengatakan setidaknya 10 Muslim di India tewas akibat kasus dan tuduhan seperti ini.
Kepolisian India mengatakan insiden pengeroyokan dua pria Muslim terjadi di distrik Nagaon Assam, Ahad (30/4). Keduanya teridentifikasi bernama Abu Hanifa dan Riyazuddin Ali.
"Mereka dikejar dan dipukuli dengan tongkat oleh penduduk desa yang mengatakan keduanya berusaha mencuri sapi dari ladang penggembalaan mereka," kata pejabat polisi senior Debaraj Upadhyay, seperti dilaporkan laman BBC, Senin (1/5).
Setelah dikeroyok dan dihajar massa, Hanifa dan Ali sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Namun mereka akhirnya menyerah pada luka-luka yang dialaminya," ujar Debaraj.
Untuk kasus terbaru ini, kepolisian India telah menangkap dan menahan dua orang yang akan diinterogasi.
Berdasarkan laporan HRW, 10 Muslim tewas akibat dituduh mencuri dan menyembelih sapi di India. Menurut HRW, sejak Partai Nasional Bharatiya Janata Hindu membentuk pemerintah federal pada 2014, serangan terhadap Muslim di India meningkat karena rumor mereka menjual, membeli, dan membunuh sapi untuk diambil dagingnya.
Banyak negara bagian di India saat ini memberlakukan larangan pemotongan sapi. Pada Maret lalu, negara bagian Gujarat menerbitkan sebuah undang-undang yang mengatur tentang pelaku pembantaian sapi dapat disanksi atau dipenjara seumur hidup.
Selain larangan dan undang-undang, beberapa kelompok organisasi massa yang mengklaim diri sebagai pelindung sapi juga telah tersebar di sejumlah negara bagian. Mereka diduga kerap main hakim sendiri serta mengintimidasi para pedagang ternak di sana.
Sapi bagi masyarakat Hindu memang dianggap suci. Karena keusiciannya, sapi dilarang disembelih atau dimakan dagingnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
