Selasa 02 May 2017 08:50 WIB

Kerusuhan Meletus di Pawai Hari Buruh di Paris

Hari buruh di Prancis (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Kamil Zihnioglu
Hari buruh di Prancis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kerusuhan meletus di sisi pawai Hari Buruh di Paris, sehingga empat polisi cedera termasuk dua orang yang menderita luka parah, kata Kementerian Dalam Negeri pada Senin (1/5).

"Selama bentrokan, empat personel polisi cedera. alah satu dari mereka luka parah di tangan dan seorang lagi menderita luka bakar di wajah," kata kementerian tersebut di dalam satu pernyataan.

Menteri Dalam Negeri Matthias Fekl secara tegas mengutuk "kerusuhan yang tak bisa ditolerir terhadap personel polisi", dan berjanji akan melakukan apa saja untuk mengidentifikasi dan menangkap orang yang melemparkan amunisi dan bom Molotov ke polisi anti-huru-hara.

Dalam konteks tingginya resiko teror, 9.000 polisi, petugas keamanan dan tentara dikerahkan pada Senin, dan 2.000 di antara mereka dikerahkan untuk menjaga keamanan protes di Ibu Kota Prancis, kata Pemerintah Prefektur Paris, sebagaimana diberitakan Xinhua, Selasa (2/5).

Satu orang ditangkap setelah 150 orang bertopeng menyerang polisi anti-huru-hara, yang membalas dengan menggunakan gas air mata, kata media lokal. Ribuan orang Prancis turun ke jalan di banyak kota besar untuk memperingati Hari Buruh; sebagian serikat pekerja memanfaatkan hari itu untuk mobilisasi nasional guna menghalangi kelompok sayap-kanan-jauh Front Nasional memangku jabatan pada 7 Mei.

Hasil dari babak pertama pemilihan umum yang paling tidak pasti di Prancis pada 23 April mengirim pendatang sentris Emmanuel Macron dan calon anti-Eropa dan imigrasi Marine Le Pen ke duel terakhir --yang mengguncang aurs utama politik di negeri itu. Kenyataan tersebut juga menghancurkan upaya untuk membentuk Front Republik untuk menentang kubu kanan-ekstrem.

Untuk Hari Buruh tahun ini, serikat pekerja Prancis menyerukan protes besar-besaran. Di Paris, CFDT dan Unsa menyelenggarakan pertemuan terbuka yang menyerukan "suara Republik" guna menentang Le Pen.

"Kami menolak ketidak-jelasan. Absten adalah setengah suara buat (Marine) Le Pen, kami akan memberi suara buat (Emmanuel) Macron," kata Laurent Begy, pemimpin CFDT. "Kami harus mendesak FN dan terus membangun solidaritas di Prancis," ia menambahkan.

Sementara itu, pertemuan terbuka kedua yang "tidak mendukung Le Pen, maupun Macron" diselenggarakan di Paris, sementara serikat pekerja GCT, FO dan Sun menolak untuk mendukung satu pun dari kedua calon tersebut.

Di seluruh negeri itu, 280 ribu pemrotes ikut dalam pertemuan terbuka, kata serikat pekerja CGT, sementara polisi mengatakan jumlah mereka 142 ribu orang. Di Paris, 80 ribu orang bergabung dengan seruan serikat pekerja sementara petugas menyatakan jumlah pemrotes 30 ribu.

Namun, pawai tersebut berubah jadi kerusuhan setelah satu kelompok pemuda yang memakai tudung melemparkan proyektil dan bom Molotov ke arah polisi anti-huru-hara yang membalas dengan menggunakan gas air mata.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement