REPUBLIKA.CO.ID, GWANDA -- Dengan memakai sarung tangan karet yang sudah robek, Lydia Sibanda menduduki ember sambil memeras dan mengeluarkan isi perut ulat mopane. Wanita itu termasuk satu dari banyak orang yang telah mendirikan tenda plastik di semak-semak pinggir jalan di daerah peternakan sapi yang tandus, Gwanda, di Zimbabwe Selatan.
Di sana mereka memanen dan mempersiapkan ulat tersebut untuk dijual. Mopane adalah sejenis ngengat yang hanya bisa ditemukan di Afrika Selatan, dan dianggap sebagai makanan unik yang nikmat.
Ulat itu biasanya dikumpulkan di alam liar, dipencet dan diremas untuk membuang cairan yang ada di dalam tubuhnya. Setelah dipencet, ulat tersebut kemudian dikumpulkan untuk dikeringkan di bawah sinar matahari atau dengan proses pengasapan untuk menambah rasa.
Ulat kering itu kemudian dimakan mentah sebagai cemilan, atau direndam dulu kemudian dimasak dengan sayuran. Menurut mereka yang pernah memakannya, rasanya tidak jauh berbeda dengan daun teh hijau.
Ulat tersebut diberi nama mopane karena hewan itu memakan daun pohon mopane setelah menetas pada musim panas dan biasanya ditemukan di bagian selatan Zimbabwe, tempat pohon mopane tumbuh subur. Di Zimbabwe, ulat tersebut bukan hanya menjadi sumber gizi yang murah, tapi juga sumber kehidupan buat banyak orang.
"Kami berasal dari sisi lain daerah ini, tapi setelah ulat habis, kami memutuskan pindah ke wilayah ini, tempat kami masih bisa menemukan hewan itu," kata Lydia Sibanda.
Di Zimbabwe, ulat mopane menjadi makanan terkenal bagi warga desa dan dipandang sebagai makanan lezat di banyak kota besar. "Saya menikmati makan ulat ini baik sebagai kudapan maupun dengan sadza (bubur jagung kental). Ulat tersebut penuh cita rasa dan saya biasa memakannya dua kali setiap pekan," kata Wellington Kuziwa, seorang penjaga keamanan di Harare.
AP/Tsvangirayi Mukwazhi