REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Kantor berita Pemerintah Korea Utara (Korut) KCNA mengeluarkan tulisan yang mengkritik media Cina. Kritikan tersebut terbilang langka, mengingat kedua negara merupakan sekutu utama di kawasan.
"Serangkaian ucapan yang tidak masuk akal dan sembrono sekarang terdengar dari Cina setiap harinya. Itu hanya membuat situasi yang membosankan ini semakin tegang," demikian komentar dari KCNA seperti dikutip Independent, Kamis (4/5).
"Cina harus mempertimbangkan konsekuensi serius yang harus dilakukan atas tindakan sembrono untuk memutus hubungan DPRK-Cina."
Pernyataan tersebut ditujukan kepada surat kabar Cina People's Daily dan Global Times yang sudah diketahui menjadi juru bicara Pemerintah Cina.
Cina adalah negara tetangga Korut yang kini bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) untuk menekan Pyongyang agar menghentikan program nuklir dan rudalnya.
Diplomat Cina mengatakan Beijing dan Washington telah meminta Dewan Keamanan PBB agar memberikan respons yang lebih kuat, yakni memperbarui sanksi dengan lebih keras atas program nuklir dan rudal Korut.
KCNA menuduh media Cina sedang berusaha mengalihkan kesalahan kepada Pyongyang. Karena hubungan kedua negara semakin memburuk dan penyebaran aset strategis di wilayah tersebut. Selain itu juga karena uji coba rudal dan nuklir Korut telah merusak tiga provinsi di timur laut Cina.
KCNA juga menilai permintaan sanksi yang lebih besar terhadap Korut dari politisi dan media Cina berdasar dari chauvinisme kekuasaan.
Akan tetapi pihaknya memperingatkan, uji coba rudal dan nuklir Korut dilakukan untuk kepentingan pembangunan dan eksistensi negaranya. Dan itu tidak dapat diubah atau dipengaruhi oleh pihak manapun.
"DPRK tidak akan pernah meminta pemeliharaan pertemanan dengan Cina," kata komentar dalam media tersebut.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.