Kamis 04 May 2017 18:47 WIB

Macron Unggul dalam Debat Terakhir Pemilu Prancis

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Kandidat calon presiden Prancis Marine Le Pen (kiri) dan Emmanuel Macron (kanan) terlibat debat sengit di televisi, Rabu (3/5) sebelum pemilu digelar pada Ahad (7/5).
Foto: Eric Feferberg/Pool Photo via AP
Kandidat calon presiden Prancis Marine Le Pen (kiri) dan Emmanuel Macron (kanan) terlibat debat sengit di televisi, Rabu (3/5) sebelum pemilu digelar pada Ahad (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Calon presiden Prancis Emmanuel Macron dinyatakan unggul dalam debat pemilihan umum terakhir negara itu yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun televisi, Rabu (3/5). Ia dinilai sebagai pemenang atas pesaingnya, kandidat dari partai sayap kanan, Front Nasional, Marine Le Pen.

Klaim atas kemenangan Macron muncul setelah jajak pendapat yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Menurut survei, kandidat beraliran sayap tengah itu jauh lebih meyakinkan.

Banyak orang yang menonton debat kedua calon presiden tersebut melihat bahwa pria berusia 39 tahun ini memiliki pandangan lebih baik dalam mengatasi sejumlah itu, termasuk bagaimana melangkah lebih maju untuk membawa Prancis di masa depan. Mulai dari masalah terorisme, ekonomi, hingga posisi Prancis dalam Uni Eropa.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Elabe untuk BFMTV, setidaknya 63 persen penonton menganggap Macron memiliki rencana terbaik untuk kemajuan negara melalui visi dan misi yang memukau mereka.

Ia juga disebut sebagai kandidat yang paling jujur dan memiliki prinsip sesuai dengan nilai-nilai mayoritas masyarakat negara Eropa Barat itu.

Kedua kandidat dalam debat di televisi tersebut saling beradu argumen dan cenderung menyerang satu sama lain sepanjang acara. Baik Macron dan Le Pen memiliki pandangan dan gagasan berbeda tentang visi dan misi yang harus dilakukan untuk masa depan Prancis.

Baca juga, Massa Protes Kemenangan Le Pen ke Putaran Kedua Pemilu Prancis.

Bagi Le Pen, debat yang digelar selama dua setengah jam itu merupakan kesempatan besar meyakinkan masyarakat Prancis terhadap program-program yang ia ingin terapkan. Pertama adalah bagaimana perempuan berusia 48 tahun itu hendak memperketat aturan imigrasi, kemudian tidak lagi menggunakan mata uang euro, serta mengadakan referendum untuk menentukan status keanggotaan negara itu di Uni Eropa, selayaknya Inggris.

Le Pen menyerang latar belakang Macron sebagai mantan bankir investasi dan menteri ekonomi Prancis. Ia juga mengucapkan serangan yang dinilai cukup frontal karena mengatakan bahwa Macron adalah sosok yang membawa Prancis dalam keterpurukan ekonomi. Ia juga menyatakan bahwa pesaingnya itu adalah seorang pewaris pemerintahan sosialis yang tidak populer.

"Nampaknya Macron adalah seorang sosok yang membawa masyarakat Prancis pada akhirnya hanya berjuang untuk diri mereka masing-masing karena negara ini hanya sekadar ruang perdagangan," ujar Le Pen.

Le Pen juga mengatakan bahwa Macron nampaknya bersikap terlalu tenang untuk mengatasi terorisme. Ia menilai saingannya itu tidak memiliki rencana menghadapi fundamentalisme Islam yang mungkin sangat berbahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement