REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri luar negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Kerajaan Saudi yang akan datang pada bulan ini, bertujuan meningkatkan kerja sama antara Amerika Serikat dan negara-negara Muslim dalam perang melawan ekstremisme.
"Presiden Donald Trump akan mengunjungi Riyadh dan Israel akhir bulan ini. Trump memiliki kemungkinan besar berhasil dalam usahanya untuk mendapatkan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina karena pendekatannya yang segar," kata Jubeir, Kamis, (4/5).
Arab Saudi sebagai tempat kelahiran Islam akan menjadi perhentian awal Trump dalam lawatan internasional pertamanya sebagai presiden. Langkah tersebut menandakan niat pemerintah AS yang baru untuk memperkuat hubungan dengan sekutu utamanya di Timur Tengah, di mana Amerika Serikat memimpin sebuah koalisi melawan ISIS.
Selain melawan ISIS, AS juga memiliki agenda untuk melawan pengaruh Iran di Timur Tengah. Arab Saudi adalah bagian dari koalisi tersebut.
Kunjungan Trump, kata Jubeir, akan menjadi kunjungan yang bersejarah. Kunjungan Trump ke Arab Saudi akan mencakup pertemuan bilateral, sebuah pertemuan dengan para pemimpin di Teluk Arab. Trump juga akan bertemu dengan para pemimpin negara-negara Arab dan Muslim.
Menurut Jubeir, kunjungan Trump ke Saudi merupakan pesan yang jelas dan kuat bahwa AS tak memiliki tujuan yang buruk terhadap dunia Arab dan Muslim. Ini juga momen untuk menunjukkan kalau Amerika tak anti-Muslim. "Ini adalah pesan yang sangat jelas bagi dunia bahwa negara-negara Muslim Arab dan AS dapat membentuk sebuah kemitraan."
Selama ini Trump sering dikritik karena kebijakan imigrasi yang menunjukkan anti-Muslim.