Senin 08 May 2017 02:29 WIB

Kemenangan Macron Beri Harapan untuk Muslim Prancis

Rep: Melissa Riska Putri/ Red: Indira Rezkisari
Masyarakat mengibarkan bendera Prancis di kawasan Museum Louvre tempat Emmanuel Macron disebut akan merayakan kemenangannya dalam pemilu Prancis, (8/5).
Foto: AP
Masyarakat mengibarkan bendera Prancis di kawasan Museum Louvre tempat Emmanuel Macron disebut akan merayakan kemenangannya dalam pemilu Prancis, (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Masjid Prancis memberi pernyataan terkait kemenangan calon presiden Emmanuel Macron dalam pemilu putaran kedua yang digelar Ahad (7/5). Dengan keunggulan pemimpin gerakan politik independen En Marche itu, masyarakat Muslim diyakini akan lebih baik menghadapi kondisi di negara itu.

Macron disebut dapat membawa rekonsiliasi antara agama-agama di Prancis. Seluruh lapisan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda dinilai dapat bersatu tanpa terjadinya perpecahan atau bahkan perang saudara yang tidak diinginkan.

"Ini adalah harapan yang jelas bagi Muslim Prancis bahwa mereka dapat hidup harmonis bersama-sama dengan lapisan masyarakat lain yang juga menghargai nilai-nilai negara," ujar pernyataan masjid La Grande Mosquee de Paris, Ahad (7/5).

Macron unggul berdasarkan hasil penghitungan suara sejumlah lembaga survei. Setidaknya ada tiga lembaga survei yang melakukan penghitungan suara secara cepat setelah tempat pemungutan suara ditutup pukul 20.00 waktu setempat.

Mantan bankir investasi dan menteri keuangan Prancis itu unggul dari saingannya dari partai sayap kanan Front Nasional Marine Le Pen dengan kandidat presiden Prancis Emmanuel Macron unggul dalam pemilihan umum putaran kedua di negara itu yang digelar Ahad (7/5). Sejumlah survei menyatakan pendiri gerakan politik independen En Marche itu sebagai pemenang.

Setidaknya ada tiga lembaga survei yang melakukan penghitungan suara secara cepat. Penghitungan dilakukan setelah tempat pemungutan suara ditutup pukul 20.00 waktu setempat. Macron unggul dari saingannya, Marine Le Pen dengan mendapatkan 65 persen suara. Sementara kandidat dari partai sayap kanan Front Nasional itu hanya mendapat sebanyak 35 persen.

Pemiu Prancis telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan Muslim negara itu dengan munculnya politikus sayap kanan yang bersikap keras. Le Pen selama ini juga dianggap menentang segala bentuk multikulturisme dan dengan tegas menilai seluruh simbol dan atribut agama menentang sistem sekularisme yang diterapkan negaranya.

Le Pen bahkan mengatakan bahwa Macron bersikap terlalu tenang untuk mengatasi terorisme. Ia menilai saingannya itu tidak memiliki rencana menghadapi fundamentalisme Islam yang mungkin sangat berbahaya karena terkait dengan kejahatan tersebut, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement