Senin 08 May 2017 22:33 WIB

Macron, Pria Ambisius dalam Perubahan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Presiden terpilih Perancis Emmanuel Macron perayaan kemenangan di depan Museum Louvre.
Foto: Philippe Wojazer/Pool via AP
Presiden terpilih Perancis Emmanuel Macron perayaan kemenangan di depan Museum Louvre.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kandidat Presiden Prancis terpilih Emmanuel Macron telah mengguncang politik Prancis dengan keterampilan layaknya veteran berpengalaman. Dalam debat terbuka yang sengit di stasiun televisi, ia juga tak segan-segan menghina rivalnya Marine Le Pen.

Nama partainya pun, En Marche, menggambarkan bagaimana ambisiusnya mantan bankir itu dalam perubahan. "Tujuan saya bukan untuk menyatukan kanan dan kiri, tapi mempertemukan rakyat Prancis," kata Macron dalam kampanyenya tahun lalu, seperti dikutip BBC, Senin (8/5).

Dia mendapatkan banyak suara karena skandal yang melanda kandidat Partai Republik yang konservatif Francois Fillon. Meskipun Fillon telah membantah adanya ketidakberesan atas dana yang diterima oleh anak istrinya. Namun peringkatnya merosot dan berada di posisi ketiga dalam pemilihan putaran pertama.

Setelah melewati empat tahun sebagai bankir bersama Rhotschild & Cie, di mana ia menjadi mitra asosiasi, Macron mulai merasakan pekerjaan pemerintahan di bawah Presiden Sosialis Francois Hollande.

Oleh karena itulah Le Pen dan kaum Sosialis sayap kiri tradisional mengklaim Macron adalah produk elite Prancis. Dan menganggap agenda perubahan Macron itu palsu. Sementara beberapa kaum sayap kiri melihatnya sebagai tiruan Tony Blair.

Namun manuver kuat Macron sebagai moderat telah membuat kaum Sosialis dan Partai Republik, elite politik yang sudah puluhan tahun menguasai Prancis, terguncang. Meskipun  banyak keluhan dari pemilih tentang Uni Eropa, ia selalu bersemangat untuk integrasi Eropa. Menurutnya pasar Eropa sangat penting untuk membangkitkan kelesuan ekonomi Prancis.

Dia pernah menjadi penasihat presiden sebelum menjadi menteri ekonomi pada 2014. Meskipun sebelumnya ia tak dikenal publik, ia berusaha menempa citranya dengan menciptakan 'Hukum Macron' yang cukup kontroversial. Di mana peraturan tersebut memperbolehkan toko-toko buka lebih sering pada hari Ahad. Selain itu juga menderegulasi beberapa sektor industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement