Selasa 09 May 2017 10:41 WIB

Maraton Bisa Hambat Pelayanan Medis

Pelari maraton.
Foto: Republika/Darmawan
Pelari maraton.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski menyenangkan, namun untuk beberapa kasus, maraton bisa membawa petaka. Sebuah studi yang dilakukan peneliti di Departemen Kebijakan Kesehatan Harvard Medical School Boston AS, Anupam B. Jena bersama timnya menemukan, saat banyak kota menggelar marathon, warga kota yang mengalami serangan jantung butuh lima menit lebih lama untuk sampai ke rumah sakit. Ini membuat, kecenderungan angka meninggal dunia jadi lebih tinggi.

''Temuan ini menunjukkan penutupan jalan atau gangguan infrastruktur lain akibat marathon meningkatkan risiko kematian pasien penderita gangguan jantung,'' ungkap Jena dalam laporan penelitannya seperti dikutip Live Science, beberapa waktu lalu.

Acara dengan massa besar bisa menghambat akses mereka yang butuh penanganan kesehatan segera. Studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine itu juga menemukan, kesiapsiagaan langkah medis darurat tak hanya akan berguna bagi mereka yang terlibat dalam acara tapi juga orang lain yang mungkin terhambat akses medisnya karena acara tersebut.

Dalam studi ini, tim peneliti menganalisis informasi perawatan medis yang diterima pasien gangguang jantung berusia 65 tahun ke atas dan dirawat di 11 kota di AS yang menggelar marathon pada 2011-2012. Dari data ini diketahui 28 persen penderita gangguang jantung meninggal di hari yang sama dengan penyelenggaraan marathon. Sementara  penderita gangguan jantung yang meninggal di hari non penyelenggaraan marathon sebesar 25 persen.

Penelitian ini juga menemukan persentase kematian akibat penutupan dan pengalihan jalan saat gelaran marathon tidak berbeda tidak berbeda dengan saat tidak ada marathon. Namun, soal kecepatan ambulans mencapai rumah sakit, para penelitin menemukan gelaran marathon menghambat ambulans 4,4 menit untuk sampai ke rumah sakit.

''Temuan ini menjadi indikasi awal penutupan jalan dan tertundanya perawat medis bagi pasien yang membutuhkan mungkin bisa menjelaskan mengapa angka kematian di antara pasien yang kami teliti jadi lebih tinggi,'' kata Jena.

Para peneliti juga mencatat meski mereka menemukan kaitan marathon dengan tingkat kematian, studi ini belum bisa membuktikan secara utuh. Para peneliti juga belum tahu apakah mereka yang dirawat di rumah sakit ini akibat marathon atau bukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement