REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden terpilih Prancis Emmanuel Macron mengatakan dirinya memiliki rencana besar untuk mengubah negara itu menjadi lebih baik. Tugas pertama yang harus ia lakukan hanya satu hari setelah memenangkan pemilihan umum (pemilu) pada Ahad (7/5) lalu adalah membentuk tim pemerintahan yang efektif.
Pria berusia 39 tahun itu disebut tengah bersiap memenangkan suara mayoritas, menjelang pemilihan parlemen yang digelar pada 11 dan 18 Juni mendatang. Selain itu, Macron juga melakukan langkah penting untuk menerapkan kebijakan pro bisnis, sesuai dengan janji kampanye yang diucapkan olehnya. Termasuk di dalam kebijakan itu adalah melonggarkan peraturan mengenai undang-undang ketenagakerjaan Prancis.
Pemilihan parlemen menjadi kunci agar mantan bankir investasi itu dapat menjalankan stragtegi dan program yang ia sebut dapat membawa kemajuan bagi perekonomian Prancis. Selama ini, sejumlah masalah keuangan di negara itu menjadi hal yang hangat diperdebatkan, hingga tingkat pengangguran yang tinggi.
Jika Macron tidak memenangkan mayoritas parlemen, maka ia tak akan dapat leluasa bergerak. Ia disebut hanya akan menjadi sebuah boneka yang pada akhirnya tidak dapat memberlakukan rencana untuk mengontrol birokrasi terkait bisnis, serta meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan untuk para pelaku usaha.
Macron memulai sejumlah langkah sebagai persiapan pemilihan parlemen dengan mengubah nama partai yang ia dirikan yaitu En Marche menjadi La Republique En Marche. Ia juga membentuk kelompok-kelompok untuk menjadi kandidat anggota badan legislatif Prancis yang memuat 577 kursi.
Baca: Tugas Pertama Macron Setelah Terpilih Jadi Presiden Prancis
Separuh dari kandidat tersebut diketahui berasal dari golongan warga sipil. Bahkan, banyak dari mereka yang merupakan perempuan. Namun, daftar lengkap dari calon anggota parlemen negara Eropa Barat itu akan diumumkan secara lengkap pada Kamis (11/5) mendatang.
Hingga saat ini, hanya ada beberapa nama kandidat anggota parlemen yang diumumkan oleh Macron. Salah satunya diketahui adalah seorang kepala unit elite kepolisian yang dikenal karena menangani kasus serangan teror di Ibu Kota Paris pada November 2015.
Selain itu, ada seorang petani dan kepala sekolah yang juga masuk dalam daftar calon anggota parlemen yang diusulkan oleh Macron. Kemudian, mereka dari kalangan pengusaha dan karyawan swasta yang menjabat sebagai direktur untuk bidang sumber daya manusia, serta manajer rumah sakit.
Menurut suami dari Brigitte itu, pengelompokan kandidat yang akan mengisi badan legislatif Prancis dianggap mewakili nilai-nilai yang dipegang Prancis. Mereka berasal dari banyak kalangan, termasuk ekstrem kanan dan kiri, serta seperti Macron sendiri yaitu sayap tengah.
"Mayoritas parlemen yang saya usulkan ini bertujuan untuk membawa perubahan, seperti impian Prancis dan tentunya sangatlah layak," ujar Macron di hadapan para pendukungnya usai pengumuman pemilu, dilansir The Guardian, Selasa (9/5).