REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Sekitar seribu imigran yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Porte de la Chapelle, Paris, dipindahkan oleh otoritas berwenang Prancis, Selasa (9/5). Para imigran tersebut rata-rata berasal dari Afrika dan Afghanistan.
Kepolisian Paris yang terlibat dalam proses pemindahan para imigran tersebut mengatakan sekitar 350 personel dikerahkan untuk operasi ini. Kendati demikian, tidak ada gesekan atau bentrokan yang terjadi antara imigran dan polisi selama proses pemindahan berlangsung.
75 Ribu Pengungsi di Negara Persinggahan Tertekan Jiwanya
Kepolisian Paris mengatakan, terdapat beberapa beberapa alasan mengapa kamp-kamp pengungsi di Porte de la Chapelle dibubarkan. “Kamp-kamp darurat tersebut menghadirkan risiko utama untuk keamanan dan kesehatan para penghuni (imigran) dan juga untuk penduduk di sekitarnya,” ucap kepolisian Paris dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan laman Aljazirah.
Said, salah satu imigran yang dipindahkan dari kamp tersebut mengatakan, ia menerima informasi bahwa para pengungsi akan ditempatkan di rumah-rumah. “Pemerintah Prancis akan membawa kita ke rumah-rumah. Saya tidak tahu di mana tapi tidak apa-apa,” ucapnya.
Bulan lalu, sebuah kebakaran besar memusnahkan salah satu kamp imigran terbesar di Prancis yang berada di dekat pelabuhan Dunkirk, Prancis Utara. Kamp tersebut menampung sekitar 1500 imigran dari berbagai negara Afrika dan Timur Tengah.
Kamp-kamp darurat untuk para imigran kerap hadir di Paris karena gelombang imigran yang memasuki Eropa. Kamp darurat tersebut muncul karena Paris tidak memiliki kapasitas yang memadai secara resmi untuk menampung pengungsi dan imigran.