REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama menjadi pembicara pada The Seeds & Chips Global Food Innovation Summit di Milan, Italia, Selasa (9/5) waktu setempat. Ia mengungkapkan perubahan iklim membuat tanah semakin sulit menghasilkan makanan sehingga memicu kenaikan harga pangan dan ketidakstabilan politik di berbagai negara.
Ucapan Obama ini muncul saat spekulasi akan wacana Presiden AS Donald Trump yang akan menarik diri dari Kesepakatan Paris (COP21) akhir 2015. Berdasarkan kesepakatan tersebut, para pemimpin dunia sepakat memastikan pemanasan global tetap di bawah dua derajat celsius dan membatasi kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat celsius.
"Delapan tahun saya di Gedung Putih, kami secara dramatis meningkatkan penggunaan energi bersih kami. Kami mengurangi penggunaan energi tak terbarukan, serta berinvestasi dalam efisiensi energi," kata Obama, dilansir dari CNBC, Rabu (10/5).
Obama mengatakan Amerika juga mengajak pemimpin dunia menuju kesepakatan global pertama yang penting untuk masa depan Bumi yang rendah karbon. Baginya, tak ada negara yg kebal dari perubahan iklim. Obama percaya Bumi tidak dikutuk mengalami kenaikan suhu terus-menerus.
Masalah pemanasan global disebabkan manusia dan bisa dipecahkan manusia juga. "Inilah masalahnya. Jika setiap negara masih saja menggerogoti emisi seperti saat ini, maka dunia kita akan semakin buruk tahun-tahun akan datang," katanya.