REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia terbuka atas permintaan Amerika Serikat untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Afghanistan. Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull mengonfirmasi pemerintahannya sedang mempertimbangkan menyediakan sumber daya tambahan ke negara yang dilanda perang tersebut.
Permintaan untuk mengirim lebih banyak bantuan itu muncul saat kunjungan ke Afghanistan bulan lalu. Di sana, PM Turnbull bertemu dengan Menteri Pertahanan AS James Mattis di ibu kota Kabul.
"Kami diminta mempertimbangkan sumber daya tambahan, dan kami secara aktif mempertimbangkannya. Kami terbuka atas permintaan itu," kata Turnbull kepada wartawan di Sydney.
Namun ia mengatakan, Australia harus terlebih dahulu memeriksa komitmen pertahanan yang ada di kawasan itu dan kawasan lain di dunia. Pasukan Australia di Afghanistan sebagian besar bekerja dalam peran pelatihan dan dukungan yang ditujukan untuk memperkuat kemampuan pasukan Afghanistan untuk melindungi negara mereka sendiri.
"Sangat penting bahwa kami, dan sekutu kami yang lain dalam upaya di Afghanistan, untuk terus bekerja sama membangun kapasitas pasukan keamanan Afghanistan sendiri sehingga mereka bisa menjaga agar negara itu aman dari ancaman terorisme," kata PM Turnbull .
Pemimpin Oposisi Australia, Bill Shorten, juga menyiratkan kesediaan mendukung langkah mengirim lebih banyak pasukan. "Ketika menyangkut keamanan nasional kita, kita memiliki rekam jejak yang baik untuk bekerja sama dengan Tony Abbott dan saat ini Malcolm Turnbull," kata Bill Shorten.
"Masalah ini sangat penting. Saya harap Pemerintah akan memberi penjelasan singkat pada waktu yang tepat," ujarnya.
Pasukan Australia diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan, untuk memerangi Taliban yang bangkit kembali bersama dengan kelompok ISIS, setidaknya selama dua tahun lagi. Kondisi itu akan membuat kehadiran Australia di negara tersebut mencapai 18 tahun.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 17:20 WIB 12/05/2017 oleh Nurina Savitri.