Ahad 14 May 2017 11:19 WIB

Ayam Jantan dan Tembakan Penghormatan di Pelantikan Macron

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Masyarakat mengibarkan bendera Prancis di kawasan Museum Louvre tempat Emmanuel Macron merayakan kemenangannya dalam pemilu Prancis.
Foto: AP
Masyarakat mengibarkan bendera Prancis di kawasan Museum Louvre tempat Emmanuel Macron merayakan kemenangannya dalam pemilu Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Jantung Kota Paris akan macet pada Ahad (14/5) waktu setempat karena dipenuhi dengan masyarakat yang menyambut pelantikan presiden baru mereka, Emmanuel Macron. Presiden yang akan menjabat selama lima tahun ke depan ini menjanjikan persatuan untuk rakyat Prancis.

Pasukan tentara akan menembakkan 21 tembakan penghormatan dari belakang Istana Elysee. Sedangkan Macron akan memasuki istana dengan melewati sebuah gerbang yang sudah dipasang seekor ayam jantan yang sudah disepuh dengan emas. Ayam jantan merupakan simbol yang selalu melekat dengan Prancis.

Di dalam Istana Elysee, Macron akan disemati kalung emas berat yang dipasang di atas bantal merah. Ia akan menjadi Grand Master of the National Order of the Legion d'Honneur, sebuah penghormatan bagi pelayan Republik. Namun, ia tidak akan benar-benar mengenakannya, seperti yang dilakukan dua pendahulunya sebelumnya.

Selanjutnya Macron akan menuju Arc de Triomphe dan makam tentara Prancis yang gugur saat Perang Dunia I. Bangunan tersebut merupakan simbol militer Prancis yang mengingatkan Prancis adalah anggota aliansi pertahanan NATO. Bangunan ini dibangun pada 1806 oleh Napoleon Bonaparte untuk memperingati penaklukannya yang singkat di Eropa.

Tempat itu juga menjadi sasaran penyerangan yang diduga dilakukan oleh teroris dari kelompok militan pada bulan lalu.

Sejak dilantik pada pukul 10.00 waktu Prancis, Macron akan memulai kepemimpinannya yang menandakan berakhirnya anti-globalisasi. Macron juga akan menentukan masa depan Uni Eropa.

Separuh dari 47 juta pemilih Prancis kecewa dengan hasil kampanye yang ketat ini. Mereka menilai banyaknya pekerjaan manufaktur ke luar negeri, banyaknya imigrasi ke Prancis dan dunia yang cepat berubah dapat mengaburkan identitas Prancis. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Macron.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement