Selasa 16 May 2017 18:52 WIB

AS Tuding Assad Bangun Krematorium untuk Jadi Kuburan Massal

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menuding pemerintah Suriah telah membangun sebuah krematorium besar di dekat Penjara Militer Saydnaya untuk dijadikan kuburan massal. Krematorium itu juga diduga dibuat untuk menutupi kekejaman Presiden Suriah Bashar al-Assad yang telah melakukan pembunuhan terhadap ribuan tahanan.

Asisten Sekretaris Biro Urusan Timur Dekat Departemen Luar Negeri AS, Stuart Jones, mengemukakan bukti intelijen baru melalui serangkaian foto. Menurutnya, Rusia sebagai sekutu Assad, harus menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan kekejaman itu agar tidak terus berlanjut.

"Meskipun banyak kekejaman rezim Assad yang telah terdokumentasi dengan baik, kami percaya pembangunan krematorium ini adalah upaya untuk menutupi kekejaman besar yang terjadi di penjara Saydnaya. Kami terkejut dengan kekejaman yang terjadi di Suriah," kata Jones, dikutip CNN.

Jones menunjukkan serangkaian foto udara yang diambil dalam kurun waktu 2013 hingga 2017, yang menurutnya menunjukkan pembangunan sebuah krematorium di samping penjara. Bukti tentang krematorium tersebut dikumpulkan melalui LSM setempat, keterangan masyarakat, dan hasil laporan pers.

"Kami tidak akan memberi gambaran apa yang akan kami lakukan dan apa yang tidak akan kami lakukan. Yang jelas AS akan membawa bukti ini ke masyarakat internasional," ungkap Jones.

Jones mempresentasikan bukti tersebut sepekan setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu di Washington untuk membahas berbagai isu bilateral, termasuk konflik di Suriah. "Pemerintah Rusia dan Menteri Lavrov telah mengindikasikan kepada kami bahwa mereka tertarik untuk menemukan solusi," ujarnya.

Jones mengatakan, rezim Assad dapat membunuh sebanyak 50 tahanan dalam satu hari di Saydnaya. Pada Februari lalu, Amnesty International juga mengungkapkan, ribuan orang telah digantung di penjara Saydnaya, yang lokasinya dekat dengan ibu kota Damaskus.

Dalam sebuah laporan berjudul 'Rumah Pembantaian Manusia', Amnesty mengatakan beberapa tahanan dipindahkan pada tengah malam dari sel mereka, dengan alasan akan dipindahkan ke sel lain. Mereka kemudian dibawa ke halaman penjara dan digantung.

Sejak dimulai pada 2011, perang saudara Suriah telah menewaskan lebih dari 400 ribu orang, yang banyak di antaranya adalah warga sipil. Jones mengatakan aksi penyiksaan, kekerasan seksual, serangan udara, serangan artileri, bom barel, serta sulitnya akses bantuan makanan, air, dan perawatan medis yang dilakukan rezim Assad, semuanya telah didokumentasikan dengan baik.

Rezim Suriah juga secara sistematis menargetkan rumah sakit di Aleppo timur dan melakukan aksi penculikan warga sipil. Jones menuturkan, antara 2011 hingga 2015, rezim tersebut telah menculik antara 65 ribu sampai 117 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement