REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull telah mengindikasikan kemungkinan Australia mengikuti jejak Amerika Serikat, yang melarang penumpang pesawat terbang membawa laptop ke kabin untuk beberapa tujuan internasional tertentu.
Pada Maret lalu, Amerika Serikat dan Inggris melarang laptop dan perangkat elektronik lainnya ke dalam kabin untuk rute penerbangan dari beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim. Saat itu, Pemerintah Australia mengatakan mereka tidak bermaksud menerapkan larangan serupa, namun PM Turnbull telah memberikan saran larangan ini masih dalam pertimbangan.
"Kami mengamatinya dengan seksama," katanya. "Kami mempertimbangkan semua informasi, saran yang kami terima secara internasional, dan bekerja erat dengan mitra kami."
"Pada waktunya, pengumuman akan disampaikan secara formal oleh Menteri Perhubungan," jelasnya.
Komentar PM Turnbull muncul setelah adanya laporan dari Presiden AS Donald Trump, yang mengungkapkan informasi sangat rahasia kepada pejabat Rusia tentang ancaman teroris dari kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS), terkait penggunaan laptop di pesawat terbang.
PM Turnbull tidak akan mengomentari laporan tersebut, tidak pula diketahui apakah informasi yang sama telah dibagikan dengan Australia. Namun ia mengatakan dirinya tetap memiliki "kepercayaan besar" dalam bersekutu dengan Amerika Serikat.
"Ini adalah fondasi keamanan nasional kita dan ini diperkuat lagi ketika Presiden Trump dan saya bertemu di New York beberapa hari lalu," katanya.
Australia adalah salah satu kontributor terbesar dalam misi melawan kelompok ISIS yang dipimpin Amerika Serikat di Timur Tengah. Australia juga berbagi materi intelijen yang sangat rahasia dengan Amerika Serikat, sebagai bagian dari kesepakatan Five Eyes.
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 16/05/2017 pukul 12:30 AEST. Simak laporannya dalam Bahasa Inggris di ABC News.