REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan ada kemungkinan besar konflik dengan Korea Utara (Korut) segera terjadi. Pernyataan ini muncul hanya beberapa jam setelah pemimpin baru negara itu menuturkan tengah mencari cara untuk membuka seluruh komunikasi dengan negara tetangganya tersebut.
Moon Jae-in juga menuturkan bahwa dirinya tengah mencari kebijakan dua jalur untuk mengatasi konflik dengan Korut terkait program nuklir negara itu. Termasuk dalam kebijakan itu adalah sanksi dan dialog.
Secara teknis, Korsel dan Korut masih berperang setelah perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata, bukan perdamaian pada 1950-1953. Dalam sejumlah pernyataan, Korut kerap mengancam Korsel dan sekutu utama negara itu, Amerika Serikat (AS) dengan program nuklir yang terus diujicobakan sejak 2006 lalu.
Korut mengatakan bahwa negara itu terus mengembangkan rudal jarak jauh atau dikenal sebagai peluru kendali balistik antar benua (ICBM). Rudal ini memiliki jangkauan yang diperkirakan mencapai 12 ribu kilometer dan diklaim mampu menjangkau daratan AS.
Di dalam rudal tersebut juga terpasang hulu ledak nuklir. Pada Ahad (14/5) lalu, Korut melakukan uji coba terbaru rudal balistik yang disebut sebagai jenis terbaru dengan nama Hwasong 12.
Pemerintah dari negara yang terisolasi itu mengatakan rudal jenis ini mampu membawa hulu ledak nuklir dalam skala besar. Saat uji coba dilakukan beberapa waktu lalu, Hwasong-12 dapat diluncurkan mencapai 700 kilometer, sebelum akhirnya jatuh ke laut bagian barat Jepang.
Kantor berita Korut KCNA juga sebelumnya memberi pernyataan bahwa uji coba rudal terbaru dilakukan untuk melihat apakah fitur terbaru dari hulu ledak di dalam senjata itu berfungsi secara optimal. Fitur itu disebut dapat memungkinkan hulu ledak bertahan dalam kondisi dan situasi apapun.
Moon Jae-in yang sebelumnya ingin menyelesaikan konflik dengan Korut melalui pendekatan yang lebih halus dibanding pendahulunya, hingga menentang rencana agresi Amerika Serikat (AS), kini justru bersikap sebaliknya. Ia menilai kemampuan nuklir dan rudal Korut telah mengalami kemajuan secara cukup signifikan. Karena itu, Korsel harus melakukan persiapan perang.
"Kenyataannya ada kemungkinan konflik yang melibatkan militer kami terjadi di Garis batals Utara (NLL) dan demarkasi militer," ujar Moon Jae-in, Rabu (17/5).