REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan direktur FBI Robert Mueler ditetapkan menjadi penasihat khusus untuk mengawasi penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika Serikat (AS) 2016 lalu. Penunjukkan ini diapresiasi banyak pihak, khususnya kalangan politisi di negara itu.
Sebelumnya, permintaan agar adanya jaksa khusus untuk penyelidikan kasus itu terus diminta, khususnya oleh kalangan politisi Demokrat di Senat AS. Hal ini didasari karena Presiden Donald Trump melakukan pemecatan terhadap mantan direktur FB James Comey pada pekna lalu.
Hanya beberapa saat setelah pengumuman penunjukkan Mueller, Trump memberi pernyataan terhadap publik. Miliarder itu mengatakan investigasi yang dilakukan terkait dugaan hubungan antara tim kampanyenya dengan Rusia tidak ada sama sekali. "Nantinya investigasi secara menyeluruh dapat menjelaskan apa yang semua orang ingin ketahui, yaitu tidak ada hubungan serta kolusi antara tim kampanye saya dan negara asing lainnya," ujar Trump dilansir BBC, Kamis (18/5).
Pemecatan Comey telah menuai banyak kritik dan pertanyaan. Tak sedikit yang menilai apakah Gedung Putih berusaha mengintervensi FBI di tengah penyelidikan tentang campur tangan Rusia tersebut.
Dalam surat pemecatan, Trump menyebut diperlukan kembali kepercayaan publik terhadap FBI. Comey dianggap telah mencederai jalannya pemilu AS tahun lalu dengan membuka penyelidikan skandal surat elektronik Hillary Clinton.
Sementara itu, pemimpin Senat AS untuk Partai Demokrat Charles Schumer memperingatkan bahwa Senat Demokrat mungkin akan menolak untuk memberikan suara saat pemilihan direktur FBI baru. Hal itu hanya akan dilakukan jika seorang jaksa khusus telah ditunjuk untuk menyelidiki dugaan kasus campur tangan Rusia.
Dengan penunjukkan Mueller, Schumer menilai bahwa langkah ini sangat baik. Ia mengatakan bahwa Mueller adalah orang yang tepat dalam melakukan penyelidikan tersebut. "Dia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan ini saya bisa yakin," kata Schumer.