REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Gerakan Houthi di Yaman menembakkan peluru kendali balistik ke ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Namun, pasukan gabungan Arab, yang berperang di Yaman, mengatakan dapat mencegat dan menghancurkan proyektil itu sekitar 200 kilometer barat Riyadh.
Peristiwa tersebut terjadi sehari sebelum Presiden AS Donald Trump diperkirakan berada di Riyadh sebagai bagian dari perjalanan ke luar negeri pertamanya sejak menjabat Presiden pada Januari. "Houthi, yang bersekutu dengan Iran, meluncurkan peluru kendali Burkan-1 dengan menyasar Riyadh," kata pernyataan kantor berita resmi mereka, kemarin. Riyadh tidak memberi penjelasan lebih lanjut tentang peristiwa tersebut.
Sekutu pimpinan Arab Saudi mengatakan, mencegat dan menghancurkan peluru kendali Houthi di provinsi Ar Rayn, Arab Saudi Selatan, barat Riyadh. Wilayah itu adalah daerah padang pasir terbuka dan tidak mengakibatkan korban, kata kantor berita resmi Arab Saudi SPA.
Al-Arabiya TV milik Arab Saudi mengatakan bahwa koalisi Arab yang melakukan campur tangan dalam perang sipil di Yaman melawan Huthi pada 2015, telah melakukan serangan bom "Secara besar besaran" terhadap sebuah basis peluru kendali di luar ibukota Yaman Sanaa, yang dikendalikan oleh kelompok Houthi.
Trump diharapkan dapat membuat kesepakatan penting terkait keamanan dan perdagangan dalam pertemuannya dengan para pejabat tinggi Arab Saudi di Riyadh. Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk memberi dukungan yang tidak berbahaya, seperti intelijen kepada koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman, membalikkan sebuah kebijakan yang dibuat oleh mantan Presiden Barack Obama yang menahan peran AS di sana akibat meningkatnya kematian warga sipil.
Untuk menghindari penyebaran pengaruh Iran di Semenanjung Arab, negara Teluk Arab berjuang mengakhiri kendali Houthi atas sebagian besar pusat penduduk di Yaman dan membantu pemulihan Pemerintahan Yaman, yang diakui internasional, untuk berkuasa.