REPUBLIKA.CO.ID, TATATOUINE – Massa turun ke jalan menuntut pemenuhan hak mereka akan lapangan pekerjaan di provinsi Tatatouine, Tunisia, pada Sabtu (20/5). Sumber Reuters menyebutkan, massa bahkan sempat menutup paksa sebuah stasiun pompa pengangkut bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Tunisia selatan itu.
Sejumlah aparat militer telah turun ke lokasi untuk mengamankan fasilitas-fasilitas milik negara. Di lokasi aksi demonstrasi, beberapa tentara telah melepaskan tembakan ke udara untuk meredakan amuk massa.
Setelahnya, stasiun pompa BBM itu diamankan dari pendudukan massa. Reuters, Sabtu (20/5), mencatat gelombang aksi protes telah berlangsung dalam beberapa pekan belakangan ini di Tunisia selatan. Akibatnya, dua perusahaan asing mesti menghentikan operasionalnya.
Beberapa di antaranya telah memutus kontrak sejumlah pekerjanya. Tunisia merupakan sebuah negara di Afrika Utara yang termasuk produsen minyak bumi, meskipun tidak terlalu besar produksinya, yakni sekitar 44 ribu barel per hari.
Pada Desember 2010, gerakan demokratisasi Arab (Arab Spring) bermula dari Tunisa. Itu ditandai dengan aksi bakar diri yang dilakukan Tarek el-Tayeb Mohamed Bouazizi, seorang pengangguran. Sejak Arab Spring sampai saat ini, negara tersebut masih terus berupaya menanggulangi masalah lapangan pekerjaan bagi warganya.