REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Para menteri kesehatan Kelompok 20 Negara (G20) sepakat bekerja sama menangani berbagai masalah seperti dampak yang berkembang dari antibiotik serta untuk mulai menerapkan rencana aksi nasional pada akhir 2018. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan yang pertama kalinya dilakukan pada tingkat menteri kesehatan, Sabtu (20/5).
Jerman, yang menjadi presiden bergilir G20 tahun ini, mengatakan kesepakatan merupakan "terobosan penting" untuk menangani masalah tersebut serta bahwa negara-negara bekerja menuju penerapan resep wajib untuk mendapatkan antibiotik. Negara-negara G20 mengatakan globalisasi telah menimbulkan penyakit menular yang meluas semakin cepat dibandingkan masa sebelumnya.
Kelompok itu juga berjanji untuk memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi wabah penyakit serta risiko-risiko kesehatan lainnya. “Dengan memasukkan kesehatan global ke dalam agenda G20, kami menegaskan peranan kami dalam memperkuat dukungan politik bagi prakarsa-prakarsa yang sudah ada serta memperhatikan aspek ekonomi dari masalah-masalah kesehatan global," demikian menurut pernyataan bersama, Sabtu.
Hasil pertemuan akan disampaikan pada pertemuan puncak para pemimpin negara-negara G20 di Hamburg pada Juli. Sementara penemuan antibiotik telah berhasil menyembuhkan banyak penularan penyakit karena bakteri, yang sebelumnya bisa mematikan. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan telah sedikit demi sedikit membuat banyak bakteri memiliki ketahanan.
Menurut suatu laporan Uni Eropa tahun lalu, bakteri baru yang memiliki ketahanan terhadap antibiotik telah menyebabkan kematian pada lebih dari 25.000 orang setiap tahunnya di 28 negara anggota Uni Eropa. G20 juga mengatakan mereka sepakat akan membantu peningkatkan akses bagi masyarakat di negara-negara miskin untuk mendapatkan obat-obatan murah.