Ahad 21 May 2017 11:07 WIB

Unit 180, Pasukan Siber Korea Utara yang Ditakuti Negara Barat

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ilham
Peretas. Ilustrasi
Foto: Google
Peretas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara adalah salah satu negara yang paling tertutup di dunia, yang rincian operasional sibernya sulit didapat. Tak banyak pula yang tahu bahwa badan intelijen Korea Utara, Reconnaissance General Bureau (RGB), memiliki unit khusus bernama Unit 180 yang dilaporkan telah sukses meluncurkan beberapa serangan siber besar.

Mantan profesor ilmu komputer di Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan pada 2004, Kim Heung-kwang, mengungkapkan fakta mengenai Unit 180. Menurutnya, unit ini kemungkinan dibentuk dengan tujuan untuk mengumpulkan uang tunai.

"Unit 180 terlibat dalam peretasan lembaga keuangan, dengan menarik uang dari rekening bank. Para peretas pergi ke luar negeri untuk mencari tempat dengan layanan internet yang lebih baik daripada Korea Utara agar tidak meninggalkan jejak," kata Kim.

Menurutnya, para peretas itu banyak yang menyamar sebagai pegawai perusahaan perdagangan AS. Mereka juga menjadi pegawai perusahaan cabang Korea Utara atau pegawai perusahaan Cina dan negara Asia Tenggara di AS.

Pakar kepemimpinan Korea Utara yang berbasis di AS, Michael Madden mengatakan, Unit 180 adalah satu dari banyak kelompok siber yang ada dalam komunitas intelijen Korea Utara. "Personilnya direkrut dari sekolah menengah atas dan mendapat pelatihan lanjutan di beberapa institusi pelatihan elite," kata Madden.

"Mereka memiliki sejumlah otonomi dalam misi dan tugas. Mereka dapat beroperasi dari hotel di Cina atau Eropa Timur," kata dia.

Pakar Pusat Kajian Strategis dan Internasional Korea Utara yang berbasis di Washington, James Lewis mengatakan, Pyongyang pertama kali menggunakan peretasan sebagai alat spionase yang menyasar Korea Selatan dan AS. "Mereka berubah setelah menggunakan peretasan untuk mendukung kegiatan kriminal yang menghasilkan pundi-pundi uang bagi rezim tersebut," ujar Lewis.

"Sejauh ini, peretasan telah bekerja dengan baik, bahkan lebih baik dari narkoba, pemalsuan, penyelundupan, dan semua tipuan biasa mereka," katanya.

Korea Utara telah dipersalahkan dalam beberapa tahun terakhir atas serangkaian serangan siber. Serangan itu kebanyakan menyasar jaringan keuangan di AS, Korea Selatan, dan lebih dari selusin negara lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement