REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM--Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan lawatan kepresidenan pertamanya ke Israel, setelah sebelumnya Arab Saudi. Dalam lawatannya tersebut, Trump mengklaim akan ada perdamaian di Timur tengah pada akhirnya nanti.
Di hadapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang turut mendampinginya, Trump mengajak komitmen Israel untuk menjadi bagian dari terciptanya perdamaian tersebut.
"Saya berterima kasih kepada perdana menteri atas komitmennya untuk menjalankan proses perdamaian," kata Trump seperti dilansir The Independet pada Senin (22/5).
"Dia bekerja sangat keras, dalam hal itu - itu tidak mudah saya pernah mendengar itu adalah salah satu kesepakatan terberat dari semuanya. Tapi aku punya firasat bahwa kita akan sampai di sana akhirnya. Saya harap begitu," kata Trump.
Kata-kata tersebut dikeluarkan Trump pun lebih bombastis saat kunjungan Perdana Menteri Israel Netanyahu ke Gedung Putih pada bulan Februari. Saat itu ia mengatakan, AS akan mendorong perdamaian dan sungguh-sungguh untuk kesepakatan damai yang hebat.
"Amerika Serikat akan mendorong perdamaian dan, sungguh, kesepakatan damai yang hebat. Kami akan menggarapnya dengan sangat, sangat rajin, " kata Trump.
Trump mengatakan selama perjalanan banyak tanda tanda harapan yang membuatnya prcaya bahwa kedamaian akan datang.
"Kita benar-benar dapat mencapai masa depan yang lebih damai di wilayah ini, dan untuk orang-orang dari semua agama dan semua kepercayaan," kata Trump.
Ia menambahkan bahwa AS siap untuk membantu "dengan segala cara yang kita bisa". Adapun komentar tersebut meneruskan retorika Presiden dari partai Republik tersebut yang lebih diplomatis dari perjalanan pertama, yakni saat dia mampir di Arab Saudi.
Dalam sebuah pidato di Riyadh pada hari Ahad, Trump menahan diri untuk menggunakan ungkapan "terorisme Islam radikal," memilih "ekstremisme Islam" yang lebih kencang, dan "teror Islam dari segala jenis".