REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5) malam. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor berita resmi ISIS, Amaq, mereka mengatakan serangan tersebut merupakan tindakan balas dendam atas operasi udara di Irak dan Suriah.
Sedikitnya 22 orang, termasuk anak-anak, tewas dan 59 lainnya cedera dalam ledakan bom itu. Sebagian besar merupakan penonton yang baru saja membubarkan diri dari konser penyanyi pop asal AS, Ariana Grande.
Seperti dilansir dari The Telegraph, jika pernyataan ISIS itu berhasil dikonfirmasi, maka insiden ini akan menjadi salah satu serangan militan paling mematikan di Inggris.
Serangan sebelumnya terjadi pada Juli 2005, saat empat orang Muslim radikal Inggris menewaskan 52 orang dalam serangan bom bunuh diri di sistem transportasi London.
Pejabat AS berusaha menyelidiki ledakan tersebut dan menemukan adanya persamaan dengan serangan militan di Bataclan pada 2015 dan serangan di Paris, yang menewaskan sekitar 130 orang.
Pekan lalu, ISIS merilis sebuah video yang memuji pelaku penikaman di Westminster, yang beraksi pada Maret lalu, dan mendorong anggota-anggotanya untuk terus menargetkan Inggris.
Baca juga, Macron dan Theresa May akan Bahas Serangan Manchester.