REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kapal perang angkatan laut AS, USS Dewey, berlayar hanya sejauh 12 mil dari pulau buatan yang dibangun oleh Cina di Laut Cina Selatan, Rabu (24/5). Kapal tersebut melakukan perjalanan patroli mendekati pulau terumbu Mischief di Kepulauan Spratly yang menjadi wilayah sengketa.
Mendekatnya USS Dewey menjadi tantangan pertama bagi Beijing di perairan strategis ini sejak Donald Trump menjadi Presiden AS. Kapal perang yang dilengkapi dengan peluru kendali itu diperkirakan akan memicu kemarahan Cina.
Seorang pejabat AS mengatakan, ini adalah operasi pertama di dekat lokasi darat Laut Cina Selatan, untuk melawan Cina terkait keputusan pengadilan arbitrase internasional di Den Haag. Pengadilan tersebut membatalkan klaim Cina atas kedaulatan di Laut Cina Selatan, yang kemudian keputusannya ditolak oleh Beijing.
Patroli AS ini juga menandai adanya perlawanan terbaru terhadap Beijing yang telah membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis itu. AS mengkritik pembangunan pulau buatan Cina dan pendirian fasilitas militer di Laut Cina Selatan, yang dikhawatirkan dapat digunakan untuk membatasi pergerakan negara lain.
Bulan lalu, komandan tertinggi AS di wilayah Asia Pasifik, Laksamana Harry Harris, mengatakan AS kemungkinan akan melakukan operasi navigasi bebas di Laut Cina Selatan dengan segera. Ia mengaku operasi ini juga dilakukan di seluruh dunia dan terpisah dari pertimbangan politik.
Pentagon mengatakan, dalam sebuah pernyataan, pihaknya akan terus melakukan operasi navigasi reguler dan akan melakukan lebih banyak operasi lainnya.
"Kami beroperasi di kawasan Asia Pasifik setiap hari, termasuk di Laut Cina Selatan. Kami beroperasi sesuai dengan hukum internasional," kata juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis, dikutip The Guardian.
Baca juga, Militer AS Kirim Kapal Tempur Dekati Semenanjung Korea.
Patroli terbaru ini kemungkinan akan memperburuk ketegangan antara AS dan Cina. Ketegangan keduanya sempat mereda setelah Trump menyambut kunjungan Presiden Cina Xi Jinping di Florida pada April lalu.
Greg Poling, seorang pakar Laut Cina Selatan di Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, mengatakan operasi tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan oleh AS di dekat pulau buatan tak resmi milik Cina.
Kebebasan operasi navigasi sebelumnya pernah terjadi sejauh 12 mil laut dari pulau terumbu Subi dan Fiery Cross, di Kepulauan Spratly yang dibangun oleh Cina, namun kedua pulau itu telah menjadi wilayah teritorial Cina.
Belum diketahui apakah USS Dewey memberikan sinyal ancaman terharap Cina, seperti menyalakan radar atau meluncurkan helikopter. Dua hal itu merupakan aksi yang tidak diizinkan di perairan teritorial menurut hukum internasional.