REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan paramiliter Irak dukungan Iran pada Ahad (28/5) mengatakan mengusir ISIS dari sejumlah desa di Mosul barat, menghasilkan kemajuan lebih jauh menuju perbatasan dengan Suriah.
Desa diambil alih petempur Pergerakan Rakyat itu termasuk Kojo, tempat ISIS menculik ratusan perempuan Yazidi pada 2014, termasuk Nadia Murad dan Lamiya Aji Bashar, penerima hadiah Sakharov dari Parlemen Eropa untuk kebebasan berpikir. Kojo dan desa lain di pegunungan Sinjar akan dikembalikan kepada masyarakat Yazidi, kata pemimpin pasukan Pergerakan Rakyat Abu Mahdi Al-Muhandis kepada televisi negara Irak.
Pergerakan Rakyat ikut dalam serangan Irak dukungan AS untuk mengalahkan ISIS di Mosul dan wilayah sekitar Provinsi Niniwe. Pemerintah Irak ingin mengendalikan perbatasan dengan melakukan koordinasi bersama pasukan Bashar al Assad yang didukung oleh Iran.
Menghubungkan kedua pihak akan memberi Bashar keuntungan besar dalam menghadapi pemberontakan, yang telah berlangsung enam tahun, terhadap pemerintahannya. Daerah perbatasan itu di sisi wilayah Irak, berada di bawah kendali kelompok ISIS atau pasukan Kurdi. Kelompok ISIS juga menguasai beberapa bagian di wilayah Suriah.
Angkatan bersenjata pemerintah Irak memfokuskan usaha mereka melawan pemberontakan dari kota Mosul, ibu kota ISIS di Irak. Sejak serangan dimulai pada Oktober, kelompok pemberontak itu telah kehilangan sebagian besar wilayah kota kecuali sebuah daerah kantong di samping sungai Tigris.
Pada Sabtu, pasukan Irak melancarkan operasi untuk merebut daerah kantong itu, yang meliputi Kota Tua dan tiga distrik yang letaknya berdekatan. Kejatuhan kota itu menandai berakhir separuh kekhalifahan di Irak, yang diumumkan hampir tiga tahun lalu oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi di Mosul.
Baca: Tentara Irak Berharap Mengepung Kantong Terakhir ISIS