REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump didesak untuk membuat pernyataan publik terkait insiden penusukan tiga pria yang mencoba melindungi remaja Muslimah dari sikap anti-Muslim. Insiden yang terjadi di sebuah kereta di Portland, Oregon, pada Jumat (26/5) lalu tersebut, menyebabkan dua dari tiga pria pembela remaja Muslimah tewas.
Sejak serangan brutal tersebut terjadi, Trump belum memberikan komentar apapun. Baik untuk korban maupun pelaku penusukan. Kendati demikian, Trump masih menggunakan akun Twitter-nya secara aktif untuk menginformasikan perjalanannya ke Eropa dan berita hoax yang disebut menyerangnya.
Jurnalis senior AS dan mantan pembawa acara berita untuk CBS Evening News, Daniel Irvin Rather, mengkritik kebungkaman Trump terhadap insiden tersebut. Melalui akun Facebook-nya, Rather menyebut bahwa mereka yang tewas untuk membela remaja Muslimah dari sikap rasis anti-Islam merupakan orang-orang pemberani.
"Mereka orang Amerika pemberani yang meninggal di tangan seseorang yang, ketika semua fakta dikumpulkan, kita mungkin berhak menyebutnya teroris," ujar Rather, seperti dilaporkan laman The Independent, Senin (29/5).
Rather berharap, dapat memberikan pernyataan atau menyinggung para korban dalam insiden tersebut. "Saya berharap kami mendengar Anda (Trump) menyebut nama-nama mereka atau menulisnya di akun Twitter," ucapnya.
Ia menilai, Trump layak menghargai mereka para korban. Sebab mereka terbunuh dalam sebuah tindakan cinta warga negara, yang menghadapi seorang pria yang diduga mengutarakan ucapan kebencian yang ditujukan kepada dua gadis remaja, yang salah satunya mengenakan hijab.
Penulis Peter Beinhart juga mendesak Trump untuk membuat pernyataan publik terkait insiden penusukan di Portland. "Panggil saya gila, tapi mintalah seorang Muslim membunuh dua orang Kristen kulit putih di Portland, saya menduga presiden kita akan mengatakan sesuatu," ucap Beinhart menanggapi unggahan Rather.
Shannons Watts, pendiri Moms Demand Action, sebuah organisasi yang mengampanyekan penghentia kekerasan menggunakan senjata juga mendesak hal serupa. "Donald Trump belum lagi menyebut pahlawab Portland, lelaki berusia 23 tahun dan seorang veteran militer, yang memberikan hidup mereka untuk melindungi wanita Muslim dari seorang esktremis," ujar Watts.
Pada Jumat lalu, Ricky John Best (53 tahun), Taliesin Myrddin Namkai Meche (23 tahun), dan Micah David Cole Fletcher (21 tahun) ditikam oleh lelaki bernama Jeremy Joseph Christian di sebuah kereta api. Ketiganya mencoba membela seorang remaja Muslimah yang diintimidasi dan dilecehkan Christian dengan sikap anti-Islam. Namun ketiganya justru diterjang Christian dengan serangan brutal menggunakan pisau.
Namkai Meche dan John Best tewas dalam peristiwa tersebut. Sedangkan Cole Fletcher harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan intensif luka sayat yang dideritanya.