REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Bangladesh telah mengevakuasi sedikitnya 350 ribu penduduknya setelah topan Mora menyerang wilayah pesisir selatan, pada Selasa (30/5). Angin topan ini menyebabkan kerusakan di kamp-kamp pengungsian di Cox's Bazar yang didirikan untuk Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari Myanmar.
Sekitar 200 ribu orang dievakuasi ke tempat penampungan, setelah topan Mora menerjang wilayah Saint Martin dan Teknaf di distrik pesisir Cox's Bazar. Sementara di distrik Chittagong, sekitar 150 ribu orang telah dievakuasi.
Distrik-distrik itu hanya berjarak beberapa mil dari perbatasan Myanmar. Kamp-kamp pengungsian yang didirikan di Cox's Bazar telah menyediakan perlindungan bagi sekitar 200 ribu Muslim Rohingya dari Myanmar.
Pemimpin masyarakat Rohingya di Bangladesh, Shamsul Alam, mengatakan, kerusakan di sejumlah kamp sangat parah. Hampir 10 ribu gubuk jerami di kamp Balukhali dan Kutupalong hancur. "Sebagian besar gubuk-gubuk di kamp pengungsian telah rata dengan tanah," kata Alam.
Pemimpin kamp pengungsian Kutapalong, Omar Farukh, mengatakan, kondisi kamp saat ini sangat mengerikan. Ia menuturkan, para pengungsi tidak lagi memiliki tempat yang bisa ditinggali.
Namun, pakar cuaca Bangladesh mengatakan, topan Mora tidak seburuk apa yang mereka takuti. "Tingkat keparahannya kurang dari yang telah dikhawatirkan," kata Shamsuddin Ahmed, seorang pakar cuaca di Chittagong.
Dia melaporkan, saat ini, angin berhembus hingga 135 kilometer per jam. Daerah pesisir yang lebih rendah juga telah dihantam gelombang badai setinggi dua meter.
Topan Mora diperkirakan akan melemah di Bangladesh pada pagi hari waktu setempat, saat topan tersebut bergerak ke daratan India. Pihak berwenang India telah memperingatkan adanya hujan lebat di negara bagian Tripura, Mizoram, Manipur, Nagaland, dan Arunachal Pradesh.
Topan yang terbentuk setelah hujan monsun ini telah memicu banjir dan tanah longsor di Sri Lanka. Bencana ini telah menewaskan sedikitnya 180 orang dalam beberapa hari terakhir di negara itu.