REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengacara dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Michael Cohen diminta memberikan kesaksian terkait kasus dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu negara itu 2016 lalu. Ada dua panel di kongres yang ingin agar Cohen diperika.
Namun, Cohen mengatakan telah menolak permintaan itu. Ia menilai tidak dapat memberikan informasi maupun kesaksian apapun tentang kasus yang diyakini oleh intelijen AS melibatkan Trump dan tim kampanye secara langsung.
"Saya menolak permintaan untuk berpartisipasi sebagai bagian penyelidikan itu, Ini adalah permintaan yang tidak disampaikan dengan baik dan saya yakin tidak bisa dijawab," ujar Cohen seperti dilansir BBC, Rabu (31/5).
Ia menuturkan, hingga saat ini, parlemen AS, termasuk Komite Intelijen Senat belum pernah memberikan bukti kuat mengenai kasus itu. Menurut Cohen, tidak ada satu fakta kredibel yang menguatkan dugaan campur tangan Rusia saat pemilu negara itu berlangsung November 2016 lalu.
Cohen menjadi orang dekat Trump yang kedua diminta untuk memberikan kesaksian. Pekan lalu, menantu dari miliarder tersebut, Jared Kushner juga hendak dipanggil agar dapat mengatakan hal yang ia ketahui tentang campur tangan Rusia.
Sementara itu, Badan intelijen AS hingga saat ini nampaknya meyakini bahwa Rusia mencoba mencampuri pemilu AS 2016 untuk mendukung Trump. Termasuk dalam dugaan peretasan yang dilakukan selama proses pemungutan suara berlangsung.
Baca juga, Trump Ringankan Sanksi Terhadap Rusia.