Rabu 31 May 2017 18:54 WIB

Muhammadiyah Beli Lahan untuk Bangun Sekolah di Australia

Muhammad Edwars selaku Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia Selandia Baru setelah penandatanganan jual beli lahan.
Foto: ABC
Muhammad Edwars selaku Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia Selandia Baru setelah penandatanganan jual beli lahan.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah telah membeli lahan seluas 10 hektare di Narre Warren East di Melbourne. Di lokasi ini akan dibangun sekolah bernama Muhammadiyah Australia Islamic School (MAIS) yang rencananya akan dibuka di 2019.

Pembelian lahan tersebut secara resmi sudah dilakukan 25 Mei lalu, sehari sebelum Ramadhan dimulai, dengan penandatanganan akta jual beli yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah (PCIM/PCIA) Australia Selandia Baru Muhammad Edwars.

“Proses pencarian tanah ini memakan waktu  lebih dari dua tahun karena ketatnya peraturan di Australia untuk tanah yang bisa dijadikan sekolah,” tutur Muhamamd Edwars.

Muhammad Edwars menambahkan terkadang mereka sudah menemukan tanah yang memenuhi semua persyaratan dan berada dekat dengan komunitas Muslim di Melbourne tetapi harganya terlalu mahal. Atau sebaliknya, ada tanah yang harganya terjangkau, tetapi tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan sekolah.

Itulah sebabnya pembelian tanah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat signifikan untuk bagi warga Muhammadiyah yang sudah bekerja keras selama tiga tahun terakhir ini.

Dalam keterangannya kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Muhalim, salah seorang perngurus PCIM di Melbourne menjelaskan proses selanjutnya yang akan dilakukan untuk mewujudkan sekolah Muhamadiyah ini adalah mengurus perizinan dari pemeirntah setempat (council).

"Kami akan melibatkan arsitek profesional dan juga ahli tata kota untuk membuat desain sekolah yang memperhatikan kebutuhan siswa-siswi untuk taman kanak-kanak (preparation) sampai dengan Kelas 12," kata Muhalim.

"Sekolah ini akan berwawasan lingkungan dan menjaga kebutuhan masyarakat sekitar dari segi akses jalan, pemakaian dan pembuangan air dan lainnya yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan ijin," katanya.

Menurut Muhalim, proses mendapatkan izin pendirian sekolah ini akan memerlukan waktu sekitar 6 bulan. "Setelah itu kami akan membangun fisik bangunan sekolah, pengembangan kurikulum dan perekrutan guru. Sekolah ini ditargetkan beroperasi bertepatan dengan tahun ajaran baru 2019," kata Muhalim yang sekarang kuliah pascasarjana di Monash University.

Para pengurus Muhammadiyah Australia Selandia Baru di depan lahan yang baru dibeli untuk dijadikan sekolah
Para pengurus Muhammadiyah Australia Selandia Baru di depan lahan yang baru dibeli untuk dijadikan sekolah.

Foto: Istimewa

Sekolah Muhammadiyah pertama di luar Indonesia

Sekolah ini akan menjadi sekolah Muhammadiyah pertama di luar negeri untuk pendidikan formal dasar dan menengah. Mengapa memilih Australia?

"Australia dipilih karena kami melihat potensi sekaligus kebutuhan untuk sekolah Islam yang berkualitas. Selama ini, Muhammadiyah telah dikenal sebagai organisasi Islam yang moderat dan telah menjalin kerja sama dengan pemerintah dan organisasi non pemerintah Australia yang menjadikannya peluang untuk mengenalkan Islam yang damai dan berkemajuan di Australia," tambah Muhalim yang juga menjadi Ketua Monash Indonesia Islamic Society.

Mengenai sasaran murid yang akan bersekolah di sana, Muhalim mengatakan mereka akan mencoba merangkul seluruh umat Islam Melbourne terutama yang tinggal di bagian selatan Melbourne. "Jadi bukan hanya murid-murid asal Indonesia, tetapi juga dari negara lain," kata Muhalim lagi kepada wartawan ABC.

Menurut Muhalim, salah satu ide dalalm pendirian sekolah Muhamadiyah di Melbourne ini adalah bahwa sekolah tersebut akan dijadikan laboratory school. "Maksudnya adalah sekolah ini akan menjadi pilot project untuk memadukan keunggulan sistem pendidikan Islam yang sudah diterapkan Muhammadiyah di ribuan sekolahnya di Indonesia dengan keunggulan sistem pendidikan Australia."

"Laboratory school juga membuka jalan bagi guru-guru Muhammadiyah Indonesia yang berprestasi untuk mempunyai pengalaman mengajar di Australia," tambahnya.

Saat ini jumlah institusi pendidikan yang dikelola Muhammadiyah di Indonesia berjumlah 10.381. Institusi ini meliputi TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantren dan perguruan tinggi.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/muhammadiyah-beli-lahan-untuk-bangun-sekolah-di-australia/8575220
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement