Kamis 01 Jun 2017 10:25 WIB

Perjanjian Iklim Paris, Cina dan Uni Eropa Tolak AS

Pembangkit listrik tenaga angin.
Foto: abc
Pembangkit listrik tenaga angin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Cina dan Uni Eropa akan mengeluarkan pernyataan bersama mengenai perjanjian iklim Paris. Mereka mengatakan perjanjian tersebut sebuah keharusan yang lebih penting dari sebelumnya.

Sebuah draf dokumen, yang dilihat oleh BBC, menekankan komitmen politik tertinggi untuk melaksanakan kesepakatan tersebut.

Ini akan dilihat secara luas sebagai penolakan terhadap AS karena Presiden Trump bersiap mengumumkan pada Kamis (1/6)  jika AS menarik diri dari kesepakatan tersebut. Pernyataan sikap bersama akan dirilis pada Jumat besok setelah pertemuan tingkat tinggi di Brussels.

Selama lebih dari setahun, pejabat Cina dan Uni Eropa bekerja di belakang layar untuk menyetujui sebuah pernyataan bersama tentang perubahan iklim dan energi bersih.

Baca: Pemimpin Dunia Bereaksi Atas Rencana Trump Hengkang

Dokumen tersebut menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh kenaikan suhu. Kenaikan suhu dianggap sebagai isu keamanan nasional dan mengalikan faktor kerapuhan sosial dan politik. Menurut dokumen itu, transisi menuju energi bersih menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

"Uni Eropa dan Cina menganggap kesepakatan Paris sebagai pencapaian bersejarah menyusul cepatnya emisi gas rumah kaca global dan pengembangan ketahanan iklim," kata dokumen draft tersebut.

"Kesepakatan Paris adalah bukti dengan kemauan politik dan kepercayaan bersama bersama, multilateralisme dapat berhasil dalam membangun solusi yang adil dan efektif untuk masalah global paling kritis di zaman kita. Uni Eropa dan Cina menggarisbawahi komitmen politik tertinggi mereka untuk pelaksanaan yang efektif di Paris Kesepakatan dalam semua aspeknya," demikian tertulis.

Kedua pihak mengatakan mereka akan meningkatkan tindakan dan terus maju dengan kebijakan dan tindakan lebih lanjut untuk menerapkan rencana nasional dalam pengurangan karbon. Secara signifikan, baik Uni Eropa dan Cina sepakat menggariskan strategi jangka panjang karbon rendah pada 2020.

"Uni Eropa dan Cina bergabung untuk terus maju dalam pelaksanaan kesepakatan Paris dan mempercepat transisi global untuk membersihkan energi," kata Komisaris Iklim Uni Eropa Miguel Arias Cañete.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement