REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pemimpin dunia menyesalkan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan iklim Paris. Menurut mereka, keputusan Trump tersebut merupakan kemunduran dalam rangka memerangi pemanasan global dan perubahan iklim.
Pemimpin Jerman, Prancis, dan Italia mengeluarkan sebuah pernyataan bersama dengan menegaskan kesepakatan iklim Paris tetap menjadi landasan dalam kerja sama antara ketiga negara. Mereka juga menolak klaim Trump yang menyebut kesepakatan iklim Paris dapat dinegosiasi ulang.
"Kami menganggap momentum (kesepakatan) yang dihasilkan di Paris pada Desember 2015 tidak dapat diubah. Dan kami sangat yakin kesepakatan iklim Paris tidak dapat dinegosiasi ulang karena ini adalah instrumen vital bagi planet, masyarakat, dan ekonomi kita," kata pernyataan bersama Jerman, Prancis, Italia, seperti dikutip laman Aljazirah.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam sebuah pernyataan juga mengatakan tidak ada rencana B untuk kesepakatan iklim Paris. Karena tidak ada planet B," ujarnya.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengaku cukup menyesalkan keputusan Trump menarik AS dari kesepakatan iklim Paris. "Ini sangat mengecewakan," kata Trudeau.
Baca: Media Cina Sebut Trump Bodoh dan Egois
Berbeda dengan AS, Rusia menegaskan negaranya akan tetap berkomitmen untuk mendukung kesepakatan tersebut. "Kami membuat keputusan untuk bergabung (dengan kesepakatan iklim Paris), dan saya tidak berpikir kita akan mengubahnya," ungkap Wakil Perdana Menteri Arkady Dvorkovich pada Jumat (2/6).
The Elders, sebuah kelompok pemimpin global independen yang diketuai mantan sekretaris jenderal PBB, Kofi Annan, mengecam AS karena telah keluar dari kesepakatan iklim Paris. "AS yang mengingkari komitmennya terhadap kesepakatan iklim Paris menjadikannya sebagai negara penipu di panggung internasional," ucap anggota The Elders dan mantan utusan khusus PBB untuk perubahan iklim, Mary Robinson, dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Jepang turut merespons keputusan Trump menarik AS dari kesepakatan iklim Paris. Mereka menyesalkan keputusan tersebut. "Sebab perubahan iklim memerlukan upaya terpadu oleh keseluruhan masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Jepang.
Menteri Perubahan Iklim Selendia Baru Paula Bennet mengatakan dirinya sangat tidak setuju dengan keputusan Trump tersebut. "Sangat mengecewakan Trump telah membuat keputusan itu. Dan saya secara pribadi percaya yang dikatakannya salah," ujar Bennet.
Astronaut badan antariksa AS, NASA, Scott Kelly, bahkan menyayangkan keputusan yang dibuat oleh Trump. "Penarikan dari kesepakatan tersebut akan menghancurkan planet kita," ujar Kelly.