REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Menurut salah satu tempat perlindungan perempuan, pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Darwin memanfaatkan teknologi terbaru dengan mengubahnya menjadi alat yang digunakan untuk meneror dan menunjukkan kekuasaan serta kontrol dalam hubungan mereka.
Praktik, yang dikenal sebagai pelecehan dengan difasilitasi teknologi, ini sangat umum sehingga seorang pekerja sosial menggambarkannya sebagai "cara baru" untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
"Hampir semua orang yang kita lihat dalam 12 bulan terakhir telah menjadi korban dari beberapa bentuk penyalahgunaan menggunakan teknologi," kata Alex Richmond, seorang pendidik komunitas di tempat perlindungan perempuan ‘Dawn House’.
"Di saat teknologi menjadi bagian yang lebih besar dari seluruh kehidupan kita, teknologi menjadi cara baru dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kami melihat penganiayaan yang mengerikan di dunia nyata," jelasnya.
Penganiayaan yang difasilitasi oleh teknologi ini mencakup berbagai perilaku termasuk pesan yang mengancam atau kasar melalui SMS, Facebook atau email, membuat banyak panggilan atau melakukan panggilan terus-menerus, memantau seseorang lewat penggunaan sistem pelacakan, penyalahgunaan media sosial dan penyebaran gambar pornografi bermotif balas dendam.
Walau pesan teks yang kasar dianggap biasa dalam hubungan yang paling kasar, para pelaku menjadi semakin inovatif dalam menggunakan teknologi untuk menyakiti pasangan mereka.
"Ada banyak pesan teks yang kasar dan mengancam, kami juga menampung perempuan yang lolos dari hubungan mereka yang sarat kekerasan dan kemudian dilacak dengan iPad yang dibelikan pasangannya untuk mereka, kami juga menemukan pelacak GPS di kereta bayi dan dalam mainan anak-anak yang tinggal di tempat penampungan," kata Alex Richmond.
"Seorang perempuan mengatakan kepada saya bahwa ketika ia sampai di rumah, akan ada gambar yang diputar yang menunjukkan dimana ia berada dan apa yang telah ia lakukan,” sebut Alex Richmond.
"Ini menciptakan rasa takut baginya, yang banyak dialami korban ketika mereka dianiaya menggunakan teknologi, merasa tidak aman, dan terus dipantau," sambungnya.
Tingkat kekerasan dalam rumah tangga di Wilayah Utara Australia (NT) empat kali lebih tinggi dari rata-rata nasional, namun karena lokasinya yang terisolir dari ibu kota lain membuat tren yang terdokumentasi dengan baik di sejumlah negara bagian lain perlu waktu lama untuk mencapai Darwin.
Meski pengelolaan kekerasan yang difasilitasi teknologi di NT masih dalam tahap awal, korban kekerasan bisa mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka sendiri.
"Ada beberapa informasi praktis yang bagus yang mengajarkan perempuan bagaimana cara membersihkan jejak telepon mereka, bagaimana agar tetap aman dan mengganti kata sandi," kata Richmond.
Ia menambahkan, "Jika ada penyalahgunaan teknologi yang terjadi, potret layarnya, cobalah dan simpan di tempat yang aman dan bukti itu akan sangat berguna jika nanti Anda merasa cukup aman untuk pergi.”
"Bukti seperti itulah yang benar-benar dibutuhkan polisi untuk mengadili kasus-kasus seperti ini, dan mereka bersedia untuk melakukan penuntutan, mereka hanya memerlukan bukti seperti itu," imbuhnya.
Mengasah para pekerja
Satu-satunya program di NT yang mengkhususkan diri dalam menciptakan lingkungan yang aman di rumah bersiap untuk memenuhi tantangan baru yang diciptakan oleh penyalahgunaan teknologi. Program gratis yang didanai Pemerintah Federal untuk para perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, yang ingin tinggal dengan aman di rumah, ini telah berjalan di NT sejak bulan April.
Satu-satunya pekerja di program ini, yakni Desmond Campbell, telah mengamati rumah dari 16 klien, memeriksa semuanya dari pintu hingga ponsel perempuan yang ingin melepaskan diri dari jaring hubungan yang sarat kekerasan.
"Meskipun saya belum pernah menjalani pelatihan untuk melacak (penganiayaan yang difasilitasi teknologi), saya berbicara secara umum tentang menjadi waspada akan hal-hal seperti Facebook dan pesan teks, yang bisa menunjukkan lokasi Anda," kata Desmond Campbell.
"Ada sejumlah reaksi terkejut [di antara klien saya] ketika orang mengetahui bahwa lokasi Anda bisa terungkap melalui pesan teks. Jadi ketika saya berbicara tentang mendapatkan pelatihan untuk melacak, banyak dari mereka sangat tertarik untuk bisa mengikutinya juga,” ujarnya.
"Saya merasa permintaan akan program ini akan berkembang dari waktu ke waktu, jika Anda melihat statistik di Wilayah Utara Australia, jelas bahwa program ini dibutuhkan,” imbuhnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 16:20 WIB 07/06/2017 oleh Nurina Savitri.