REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sutradara kawakan asal Amerika Serikat (AS), Oliver Stone, sedang menggarap film dokumenter berjudul The Putin Interviews. Film ini rencananya akan dirilis pada 12 Juni mendatang.
Dalam film ini, Stone berbincang-bincang dengan Putin terkait berbagai isu internasional, salah satunya adalah tentang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dalam sebuah cuplikan wawancara yang telah dipublikasikan, Putin menyebut bahwa NATO hanya instrumen belaka untuk kebijakan luar negeri AS.
Putin berpendapat negara-negara yang bergabung dengan NATO telah menjadi pengekor atau pengikut AS. "Begitu sebuah negara menjadi anggota NATO, sulit untuk menolak tekanan AS. Dan tiba-tiba saja sistem senjata bisa di tempatkan di negara ini. Sistem rudal anti-balistik, pangkalan militer baru, dan jika perlu, sistem ofensif baru," ucapnya, seperti dilansir dari laman Anadolu.
Wawancara antara Stone dengan Putin tersebut dilaporkan direkam berbulan-bulan sebelum Montenegro mejadi anggota ke-29 NATO. Moskow juga mengecam ekspansi NATO di Krimea, Ukraina. NATO diketahui telah memperkuat batas timurnya dengan pasukan, tank, dan pesawat menyusul aneksasi Krimea pada 2014 oleh Rusia dan dukungannya terhadap militan separatis di Ukraina Timur.
Rusia, kata Putin, juga bertindak merespons keputusan NATO. "Kita harus mengarahkan sistem rudal kita ke fasilitas yang mengancam kita. Situasi menjadi lebih tegang," ujarnya.
Ia menambahkan, mengapa Rusia begitu menanggapi dengan ketat ekspansi NATO. "Sebenarnya kami memahami nilai, atau kekurangannya, dan ancaman dari organisasi ini (NATO)," kata Putin.
Dalam cuplikan wawancara Putin juga memperingatkan bahaya perang antara Rusia dengan AS. Ketika kedua negara terlibat konflik, Putin memprediksi akan terjadi bencana nuklir. "Saya rasa tidak ada yang bisa bertahan dalam konflik seperti itu," ungkap Putin.