REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pasar Sydney Markets mengumumkan ‘perang’ terhadap sampah 12 tahun lalu yang telah menghemat 20 juta dolar AS, sekitar Rp 200 miliar untuk biaya Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Penghematan tersebut berasal dari pengalihan 6.000 ton produk yang tak bisa dimakan dari tempat pembuangan akhir. Ada pula dari daur ulang semua kemasannya.
Retribusi TPA yang dikenakan Badan Perlindungan Lingkungan negara bagian New South Wales (NSW) telah meningkat, dari hampir nol dolar AS satu dekade lalu, menjadi 135 dolar AS, setara Rp 1,35 juta per ton tahun ini. Biaya ini lebih tinggi dibanding semua negara bagian lain.
Biaya TPA di negara bagian lainnya sebagai berikut: Victoria sekitar Rp 600 ribu per ton, Australia Selatan sekitar Rp 680 ribu per ton, jumlah ini naik menjadi sekitar Rp 1,03 juta per ton dalam tiga tahun. Sementara itu Australia Barat sekitar Rp 580 ribu per ton, naik menjadi sekitar Rp 700 ribu per ton), Tasmania memungut retribusi sukarela.
Namun retribusi sampah di Queensland mulai diterapkan pada 2012. Sekarang, negara bagian ini memiliki tingkat daur ulang terendah di Australia.
"Queensland menghapus retribusi sampah mereka ... dan tingkat daur ulangnya turun sekitar 20 persen dalam semalam," kata Mike Ritchie, konsultan pengelolaan sampah di MRA Consulting.
"Sampah itu seperti sungai, mengalir turun ke harga termurah. Salah satu dampak tidak adanya retribusi di Queensland adalah kami sekarang melihat 600 ribu ton limbah yang dikirimkan dengan truk atau kereta api, dari Sydney dan Melbourne, ke Brisbane demi mengambil keuntungan dari harga TPA super murah di sana," jelasnya.
"Itu adalah kegagalan total dari kebijakan pemerintah antara negara bagian Queensland dan negara bagian lain di Australia," imbuhnya.
Sebuah tinjauan yang dilakukan oleh Pemerintah Queensland melaporkan, negara bagian ini memiliki daur ulang terendah dan sampah makanan tertinggi di Australia. "Laporan Pemerintah Australia mengenai limbah komersial dan industri, baru-baru ini, menemukan bahwa nilai material diperkirakan lebih dari Rp 265 triliun per tahun.”
Laporan tersebut menunjukkan, hal itu nilainya sama dengan 5,5 miliar dolar AS, sekitar Rp 55 triliun dari nilai yang hilang di Queensland. Menteri Lingkungan Queensland, Steven Miles, mengatakan, Partai Buruh di Queensland memperkenalkan pungutan tersebut dan untuk beberapa saat hal itu sempat efektif, namun Pemerintah Newman menghapusnya.
Ia mengatakan, itulah yang menciptakan situasi ini. Dalan penjelasannya, Miles juga mengatakan bahwa Partai Buruh telah berjanji untuk tidak memberlakukan biaya dan tarif baru dalam urusan ini.
"Jadi sangat disayangkan, kami menemukan diri kami dalam situasi ini, tapi kami menepati janji kami. Queensland sedang mempertimbangkan larangan pembuangan di TPA, dan secara agresif mengubah sampah menjadi proyek energi," sebutnya.
Limbah pasar punya kehidupan baru
Setelah perdagangan di pagi hari selesai, produk busuk dan produk yang tak termakan dibawa ke Green Point, bagian belakang Pasar Sydney Markets, di Flemington, barat Sydney. Bersama dengan makanan buangan dari supermarket dan restoran, material itu dibawa ke tempat pengolahan limbah senilai 50 juta dolar AS, sekitar Rp 500 miliar, yakni Earthpower, milik perusahaan Veolia. Sampah organik disimpan dalam tangki setinggi 12 meter yang bekerja seperti perut, dengan pengolahan mikroba.
Metana yang dibuat disalurkan ke mesin kogenerasi, menghasilkan energi untuk jaringan listrik. "Yang luar biasa adalah proses ini bisa memakan waktu beberapa menit saja, sementara di TPA dibutuhkan waktu hingga 30 tahun untuk menghasilkan metana," kata David Clarke, kepala eksekutif Earthpower.
"Kami mengekspor sekitar 8.000-9.000 megawatt per tahun, dan itu bisa menyediakan listrik bagi 1.500-3.200 rumah," sambungnya.
Endapan sampah yang tersisa dikeringkan dan diolah menjadi pupuk organik. Meski proyek Earthpower adalah salah satu yang pertama di Australia, proyek lainnya ada di Perth, sementara pengolah anaerob yang lebih besar akan mulai menghasilkan listrik terbarukan yang terhubung dengan pengolah limbah di Yarra Valley, Victoria, mengalihkan 33.000 ton limbah makanan dari tempat pembuangan akhir.
Di Perth, sebuah perusahaan bernama Phoenix mencoba menjadi pabrik pembakaran biomassa pertama di Kwinana, yang akan selesai pada tahun 2021, untuk membakar sampah, termasuk plastik dan makanan demi menghasilkan listrik.
Sementara itu, Sydney Markets sekarang menghancurkan dan mencairkan 60 ton polystyrene setahun untuk dijual ke China dan dibuat menjadi lemari dapur.
Alih-alih menjadi sampah yang mahal, kini material buangan itu menghasilkan pendapatan senilai 36 ribu dolar AS, senilai Rp 360 juta setahun.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.