Ahad 11 Jun 2017 19:27 WIB

AS Kerahkan Pasukan Bantu Tentara Filipina di Marawi

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Para penguingsi di Marawi, Filipina Selatan
Foto: dok Dompet Dhuafa
Para penguingsi di Marawi, Filipina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Pasukan khusus Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan bantuan kepada tentara Filipina dalam pertempuran di Marawi. Sejak 23 Mei lalu, kota di selatan negara itu diserbu oleh kelompok militan pro-Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Militer Filipina mengatakan bantuan dari pasukan AS bersifat secara teknis. Mereka tidak akan terjun langsung ke lapangan untuk bertempur, namun lebih memberikan strategi-strategi penting untuk merebut kembali Marawi.

Sejak kelompok yang dikenal dengan nama Maute itu menyerang Marawi, sekitar 30 warga sipil, 58 tentara, dan lebih dari 100 gerilyawan telah tewas terbunuh. Hingga kini, ratusan warga sipil juga diyakini masih terjebak di kota itu dengan persediaan makanan yang sangat terbatas.

Pengepungan telah dilakukan oleh pasukan militer Filipina. Para anggota kelompok itu diyakini masih bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah yang luas dan telah dipersiapkan untuk menghadapi serangan musuh.

Meski belum merebut kendali Marawi sepenuhnya, tentara Filipina mengklaim sejumlah keuntungan telah mereka dapatkan. Termasuk diantaranya berhasil mengendalikan situasi menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

Sementara itu, laporan atas keterlibatan AS dalam membantu pertempuran di Marawi telah dikonfirmasi oleh kedutaan besar negara adidaya itu di Ibu Kota Manila, Filipina. Meski demikian tidak disebutkan secara detail apa bantuan militer yang diberikan.

AS sebelumnya juga sempat hadir dalam membantu Pemerintah Filipina memerangi kelompok militan Abu Sayyaf yang ada di negara itu. Namun pada 2015 bantuan tersebut dihentikan.

Hubungan kedua negara kemudian sempat mengalami ketegangan sejak Presiden Filipina Rodrigo Duterte terpilih pada 30 Juni 2016 lalu. AS melalui mantan presiden Barack Obama mengkritik kebijakan Duterte yang melakukan perang melawan narkotika dengan tindakan keras.

Namun, saat AS dipimpin oleh Presiden Donald Trump, nampaknya hubungan kedua negara mulai membaik. Trump bahkan memberi pujian terhadap Duterte atas kinerjanya sebagai seorang pemimpin Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement