REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis menilai, program rudal dan nuklir Korea Utara (Korut) menjadi ancaman paling mendesak bagi keamanan nasional negaranya. Dalam beberapa bulan terakhir, pengembangan jenis senjata itu dilaporkan terjadi cukup signifikan.
Pada Mei lalu, Pemerintah Korut mengklaim kesuksesan dalam pengembangan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Rudal jenis ini memiliki jangkauan yang sangat jauh dan diperkirakan mencapai 12 ribu kilometer.
Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu selama ini juga mengatakan, telah mengembangkan rudal jarak jauh, menjangkau antarbenua. Bahkan, disebut mampu mencapai daratan AS dan di dalam rudal tersebut terpasang hulu ledak nuklir.
Korut sepanjang tahun ini telah melakukan sembilan kali tes rudal. Namun, belum ada satupun yang dinilai sebagai ICBM, melainkan hanya sebagai rudal jarak menengah. Meski demikian, negara itu dinilai mengalami kemajuan secara cukup signifikan.
"Program senjata nuklir yang dikembangkan oleh Korut merupakan bahaya yang sangat nyata bagi semua orang dan merupakan tindakan provokatif yang nampakya tak akan mereda," ujar Mattis dalam sebuah pernyataan tertulis, Senin (12/6).
Sejak 2006 lalu, Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba program nuklir yang dilakukan. AS sebagai negara anggota tetap juga hendak melakukan strategi baru, yaitu bekerja sama dengan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mitra dagang dan pemberi bantuan ekonomi utama untuk Korut.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.
Meski demikian, Mattis menilai sanksi dan tekanan bagi Korut tidak membuat negara itu menghentikan program nuklir dalam waktu dekat. Bahkan, sekalipun Cina telah turut campur dalam menekan perekonomian sekutu terdekatnya tersebut.
"Ini menjadi perang yang tidak akan berakhir seperti apa yang kami lihat sejak 1953. Tidak ada pilihan selain AS harus menghadapi Korut dengan kekuatan apapun," jelas Mattis.